Psikolog anak dan remaja, Ratih Zullhaqqi, MPsi, mengatakan bahwa sebenarnya siapapun yang menonton video tersebut akan mengalami trauma tersendiri. Ini perlu jadi perhatian, terutama bagi yang 'kepo', tanpa pikir panjang langsung melihat video tersebut tanpa tahu sebenarnya video tersebut baik untuk dilihat atau tidak.
"Pasti ada sisi traumatisnya sih. Apalagi kalau yang lihat anak-anak, harus ada penjelasan dari orang tua setelah melihat video tersebut. Orang tua harus menjadi filter," ujarnya, kepada detikHealth, Senin (24/08/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Ratih menekankan dampak lainnya untuk psikis, yakni adanya imajinasi yang liar, ada yang setelah melihat video tersebut merasa cemas ataupun ada yang tidak memiliki rasa takut sama sekali.
"Ada yang lihat video tersebut malahan takut dan cemas, tapi ada juga yang nggak takut sama sekali dan malahan memberikan kata-kata yang mengumpat," tegasnya.
Ratih mengimbau mereka yang menerima broadcast untuk terlebih dahulu melihat konten apa yang disebarkan, kemudian baru re-share jika memang konten tersebut layak untuk disebarluaskan. Menjadi pengguna media sosial yang bijak merupakan keharusan bagi setiap lapisan masyarakat yang menikmati media sosial.
Saksikan juga video 'Apa Saja Ciri-ciri Gangguan Bipolar?':
(up/up)











































