Menurut tim dokter dari RS Pengayoman, timbunan cairan bisa diakibatkan infeksi atau proses keganasan. Sayang Pretty keburu menghembuskan napas terakhir, sebelum hasil untuk proses penanganan cairan tersebut keluar.
Dokter spesialis paru dari RS Persahabatan, Jakarta Agus Dwi Susanto mengatakan, kondisi yang dialami Pretty mungkin adalah efusi pleura. Kondisi ini terjadi akibat penumpukan cairan di rongga selaput paru (pleura).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cairan ini terletak di rongga antara pembungkus paru (pleura viseral) dan pembungkus dinding dada bagian dalam (pleura parietal). Total volume cairan adalah 0,26 mililiter per kilogram berat badan. Artinya, dengan berat badan 50 kilogram maka volume cairan adalah 13 mililiter.
Cairan tersebut memungkinkan selaput paru bergerak sendiri saat pernapasan berlangsung. Tegangan permukaan dari cairan pleura mendekatkan permukaan paru-paru dengan dinding rongga dada.
Penumpukan cairan terjadi karena komplikasi penyakit sebelumnya pada pasien. Efusi pleura bisa ditangani bergantung pada penyebab terjadinya penumpukan cairan pada pasien.
Tonton juga 'Harapan Dokter Paru Untuk Polusi Udara di Ibukota':
(Rosmha Widiyani/up)











































