Kepala Bidang Pengendali dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, dr Hasty Wulandari mengatakan, kasus DBD paling tinggi terjadi pada tahun 2016 sebanyak 993 kasus dengan 7 meninggal dunia. Kemudian pada tahun 2017 mengalami penurunan ada 246 kasus dengan 1 meninggal.
"Kemudian pada tahun 2018 mengalami penurunan dengan 175 kasus dengan 2 orang meninggal dunia," ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (9/1/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami membuat surat edaran untuk melakukan PSN. Karena kalau fogging tidak menyelesaikan masalah," tuturnya.
Baca juga: Pasien DBD di RSUD Blora Membludak |
Pelaksanaan fogging dilangsungkan di Dusun Praguman, Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Foto: Eko Susanto/detikcom |
Sementara itu, kemarin dilangsungkan fogging di Dusun Praguman, Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang. Fogging dilaksanakan atas permintaan warga karena ada yang suspect DBD.
Kepala Dusun Praguman, Desa Tuntang, Mintardi mengatakan, fogging dilaksanakan di wilayah ini dengan 4 RT terdiri 203 KK. Fogging yang dilaksanakan ini atas permintaan warga Dusun Praguman.
"Fogging yang dilaksanakan atas permintaan warga. Di sini ada 7 warga yang dirawat di rumah sakit terdiri 4 sakit tipus, dua sakit lainnya dan 1 suspect DB," katanya saat ditemui di sela-sela fogging.
Dengan adanya fogging, katanya, warga merasa ayem. Sekalipun warga di dusunnya baru suspect.
"Kalau yang DB murni belum ada, warga khawatir kena DB. Kemudian mengajukan permintaan fogging dan sebelumnya telah dilakukan survei serta fogging dilaksanakan hari ini. Setelah ada fogging warga merasa ayem," tutupnya.












































Pelaksanaan fogging dilangsungkan di Dusun Praguman, Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Foto: Eko Susanto/detikcom