Apa sih penyebabnya? Menurut dokter anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr dr Andi Nanis Sacharina Marzuki, SpA(K), genetik merupakan penyebab utamanya.
"Risiko anak mendapatkan 25 persen," katanya saat ditemui di sela sidang promosi doktoralnya di FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (15/1/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini disebabkan oleh hormon dihidrostestosteron (DHT) pada perkembangan jenis kelamin laki-laki. Hormon tersebut berfungsi untuk pekembangan genitalia eksterna saat masa janin.
"Pas bentuk di janin itu harus ada hormon DHT untuk membesarkan penis, menyatukan skrotumnya, untuk bawa lubang urine ke ujung, itu kerja hormon DHT semua. Kalau hormon DHT-nya nggak ada di masa janin, jadi bisa kelihatan perempuan bayinya," jelas dr Nanis.
Jika tidak terdiagnosis saat bayi, seseorang dengan kelainan ini akan menyadari saat usianya menginjak pubertas. Tidak jarang yang testisnya mulai membesar, muncul jakun, dan fisiknya pun tampak seperti laki-laki.
Di Indonesia sendiri, dalam penelitian dr Nanis sejak tahun 2013, terdapat sekitar 79 'perempuan' yang secara genetik adalah seorang laki-laki. Kebanyakan dari mereka menyadarinya saat usia di atas 10 tahun.
Baca juga: 5 Fakta tentang Gender 'Berbeda' Interseks |











































