Catat! Rekayasa Hormon untuk Tunda Haid Harus Atas Saran Dokter

Catat! Rekayasa Hormon untuk Tunda Haid Harus Atas Saran Dokter

Widiya Wiyanti - detikHealth
Sabtu, 13 Jul 2019 10:20 WIB
Catat! Rekayasa Hormon untuk Tunda Haid Harus Atas Saran Dokter
Rekayasa hormon tidak bisa dilakukan sembarangan. (Foto: Istock)
Jakarta - Agar tidak haid atau menstruasi saat menjalani ibadah haji, para jemaah bisa mengonsumsi obat hormonal. Namun dokter spesialis Obstetri-Ginekologi, dr Dinda Derdameisya, SpOG menegaskan mengonsumsinya harus sesuai petunjuk dokter.

"Harus konsultasi terlebih dahulu dengan dokter, apalagi kalau punya siklus menstruasi yang tidak teratur," ujarnya kepada detikHealth, Jumat (12/7/2019).

Menstruasi tidak teratur disebut dr Dinda jika siklusnya kurang dari 21 hari atau lebih dari 30 hari. Tetapi bukan hanya yang siklusnya tidak teratur, yang teratur pun harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Idealnya satu bulan sudah konsul. Dua minggu sampai satu bulan lah," imbuhnya.


Hal itu pun ditekankan oleh dr Mona, SpOG, spesialis kebidanan dari Tim Preventif 2019 Kementerian Kesehatan. Ia mengatakan konsultasi penting dilakukan sebab ada pemakaian obat tertentu memiliki efek samping seperti sakit kepala dan mual.

"Untuk kapan digunakan obat itu, kapan dia pakai itu, sudah harus dikonsultasikan sama dokter yang bertugas untuk memantau kapan waktu haidnya. Jadi pada waktu wukuf nanti sudah diprediksi, oh saya tidak akan haid pada waktu nanti," tutup Mona.




(wdw/up)
Rekayasa Hormon untuk Berhaji
5 Konten
Bagi jemaah perempuan, ibadah haji hanya sah bila tidak sedang datang bulan saat melakukannya. Karenanya banyak yang melakukan rekayasa hormon, dengan maksud untuk mengontrol siklus menstruasi.

Berita Terkait