Sindrom baby blues ternyata bukan satu-satunya gangguan yang mengintai ibu setelah melahirkan. Menurut dokter ahli jiwa dari RS Siloam, Bogor dr Lahargo Kembaren, SpKJ, ibu juga berisiko mengalami gangguan mental yang disebut depression postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan mental diakibatkan ketidakstabilan senyawa dalam otak yang disebut neurotransmitter.
"Penegakan diagnosis tentunya dilakukan dokter sekaligus menentukan terapi yang diperlukan pasien. Keluarga harus mewaspadai kemungkinan depresi, jika baby blues tak juga pulih setelah 2 minggu. Sedangkan psikosis biasanya langsung terjadi pada ibu layaknya baby blues. Namun pada psikosis muncul waham," kata dr Lahargo pada detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak seperti pada baby blues yang angka kejadiannya mencapai 60-70 persen, pada depression dan psikosis post partum adalah sebesar 1-3 persen. Namun angka ini tergolong besar, karena 1-3 persen ibu sebetulnya perlu bantuan medis dan lingkungan sekitar supaya bisa hidup normal, sehat, dan mampu mengurus anak serta keluarganya.
Faktor risiko gangguan mental terdiri atas biologis, psikologis, dan sosial. Faktor biologi misalnya ada riwayat genetik dalam keluarga atau faktor kesehatan lainnya. Faktor psikologi berkaitan dengan situasi kehidupan yang pernah terjadi, misal mengalami konflik atau kehilangan. Sementara faktor sosial terkait dengan pola asuh dalam keluarga dan nilai yang dianut.
Keluarga dengan ibu yang berisiko mengalami gangguan mental usai melahirkan, sebaiknya segera membawanya ke dokter terkait. Penanganan secepatnya membantu ibu cepat pulih, sebelum berisiko mencelakakan diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya. Penanganan cepat membantu ibu segera hidup normal, sehat, dan mampu mengurus bayi serta keluarganya.
(up/up)












































