Dimasz Jeremia, penasehat Asosiasi Vaper Indonesia (AVI) membagikan pengalamannya berhenti dari rokok konvensional dan beralih ke vape. Menurutnya, vape adalah new way of smoking. Ia menyebut bahwa vape bisa menjadi pilihan alternatif yang less harmful untuk orang yang kesulitan berhenti merokok konvensional.
"Vape itu alternatif baru untuk merokok, biasanya orang akan berhenti merokok konvensional karena switching ke vape. Saya juga dulu merokok konvensional selama 25 tahun dan sehari bisa 2 bungkus. Setelah saya switch ke vape ya saya berhenti rokok konvensional," ungkapnya kepada detikcom, Selasa (24/9/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang nggak diberitakan adalah ada berapa ratus ribu orang yang kesehatannya justru meningkat karena vape. Contohnya saya nih, saya mulai vaping 7 tahun lalu dan bayar asuransi itu lebih tinggi dari yang saya bayar tahun ini. Artinya kan risiko saya menurun. Apa artinya tubuh saya ga lebih sehat dari kondisi saya 7 tahun lalu menggunakan rokok konvensional 2 bungkus per hari?" tutur Dimasz.
Di sisi lain, vape sendiri menimbulkan kontradiktif karena disebut memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Bahkan beberapa ahli kesehatan pun menegaskan bahwa vape sama bahayanya dengan rokok konvensional.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR mengatakan bahwa vape tidak bisa disebut sebagai alat untuk membantu berhenti merokok konvensional. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun tidak merekomendasikannya karena beberapa alasan.
"Tidak sesuai dengan syarat untuk modalitas berhenti merokok karena masih mengandung bahan berbahaya, seperti bahan karsinogen, zat bersifat toksik dan iritatif," ujarnya.
Selain itu, vape dinilai tidak konsisten sehingga hingga kini disebut dr Agus belum ada bukti ilmiah yang kuat untuk membuktikan bahwa vape dapat membantu seseorang berhenti merokok. Vape juga dianggap tidak memenuhi syarat modalitas, yaitu ketika seseorang berhenti merokok konvensional, maka penggunaan vape sebagai alat bantu pun juga seharusnya ikut berhenti.
"Yang terjadi saat ini adalah, ketika orang berhasil berhenti merokok, (rokok -red) elektroniknya berlanjut. Ini bukan alat bantu, hanya memindahkan sebagai pengguna rokok konvensional menjadi rokok elektrik," tandas dr Agus.
Menurut detikers, bisa nggak ya vape dijadikan sebagai alat untuk membantu berhenti merokok? Atau vape justru sama berbahayanya dengan rokok sehingga tidak dapat dijadikan alat bantu berhenti merokok? Komen di bawah ya!
(wdw/up)











































