Pemerintah China merespons temuan para peneliti yang menyebutkan bahwa virus G4 atau yang diklaim jenis baru virus flu babi berpotensi menjadi pandemi. China menyebut penelitian itu 'tidak representatif'.
Dilansir dari laman NDTV, Kementerian Luar Negeri China merespons dengan cepat untuk meredam kekhawatiran terhadap virus tersebut.
"Virus G4 yang disebutkan dalam laporan terkait adalah subtipe dari virus H1N1. Para ahli telah menyimpulkan bahwa ukuran sampel dari laporan ini kecil dan tidak representatif," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Zhao Lijian dalam sebuah pernyataan.
Zhao menambahkan bahwa departemen kesehatan dan para pakar China akan terus meningkatkan pemantauan atas peringatan dari virus G4 yang disebut berpotensi menjadi pandemi.
Penelitian yang diterbitkan pada Senin (29/6/2020) di jurnal sains Amerika Serikat menyebutkan jenis baru flu babi yang ditemukan di China memiliki karakteristik virus yang bisa menginfeksi manusia dan menimbulkan kekhawatiran akan potensi pandemi.
Lalu penelitian yang ditulis para ilmuwan di universitas-universitas China, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China menyebut strain flu babi G4 baru secara genetik diturunkan dari strain H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009.
G4 diamati sebagai virus yang berpotensi sangat menular. Para peneliti mengambil 30 ribu swab dari hidung babi di sepuluh provinsi di China dan mengisolasi 179 virus flu babi.
Menurut penelitian, 10,4 persen pekerja di rumah potong babi yang diuji sudah terinfeksi virus ini. Sejauh ini belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia. China tidak menjelaskan lebih lanjut tentang berapa banyak yang telah terinfeksi oleh virus G4.
"Sangat mengkhawatirkan bahwa infeksi virus G4 pada manusia akan meningkatkan risiko terjadinya pandemi," tulis para peneliti.
Para peneliti juga mendesak berbagai langkah dilakukan untuk memantau orang yang pekerjaannya berhubungan dengan babi.
(kna/kna)