Catat! Ini yang Perlu Diperhatikan Jika Ingin Swab Mandiri

Catat! Ini yang Perlu Diperhatikan Jika Ingin Swab Mandiri

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 02 Okt 2020 11:56 WIB
Pemerintah Kota Bekasi menggelar tes massal corona terhadap penumpang KRL di Stasiun Bekasi. Tes kali ini menggunakan alat yang lebih akurat berupa polymerase chain reaction (PCR). Agung Pambudhy/Detikcom. 

1. Penumpang Commuter line mengikuti test massal COVID 19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Selasa (5/5/2020).
2. Sebanyak 300 penumpang kereta dipilih secara random mengikuti tes ini. 
3. Metode tes PCR adalah mengetes spesimen yang diambil dari dahak di dalam tenggorokan dan hidung lalu diswab. 
4. Tes ini dianggap paling akurat dibandingkan rapid test yang hanya untuk mendeteksi reaksi imun dalam tubuh.
5. Data terkini kasus positif Covid-19 di Kota Bekasi telah mencapai 249 orang. Pasien sembuh corona 126, dalam perawatan 95, sedangkan meninggal 28 orang.
6. Test ini dibantu petugas dari RSUD Kota Bekasi dan Dinkes Kota Bekasi.
7. Sebelum masuk ke stasiun, penumpang lebih dulu menjalai tes PCR secara acak. Setelah itu, sampel lemdir dari hidung akan diuji di Labiratorium Kesehatan Kota Bekasi.
8. Hasil pemeriksaan ini diharapkan memberi gambaran kondisi penumpang ‎KRL apakah ada yang terpapar COVID-19 atau tidak.
9. Sebelumnya di KRL ada tiga orang yang dinyatakan positif virus COVID-19 berdasarkan hasil test swab PCR yang dilakukan pada 325 calon‎ penumpang dan petugas KAI di Stasiun Bogor. 
10. Sejumlah kepala daerah meminta pemerintah pusat untuk menstop operasional KRL guna menghambat penyebaran virus COVID-19
11. Hingga 4 Mei 2020 di Indonesia terdapat 11.587 kasus COVID-19 dengan kasus kematian 864 meninggal dan 1.954 sembuh.
12. Sampai kemarin pemerintah telah menguji 112.965 spesimen dari 83.012 orang di 46 laboratorium.
Syarat swab mandiri yang perlu diperhatikan. (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta -

Beberapa orang melakukan swab mandiri karena khawatir terpapar COVID-19 dari orang terdekat. Hal ini dilakukan karena tak kunjung ada contact tracing yang meski baru saja kontak dengan pasien positif COVID-19.

Pada dasarnya, contact tracing merupakan kewajiban pemerintah. Pemerintah wajib melakukan 3T yakni Testing, Tracing, dan Treatment saat masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Namun bagaimana jika seseorang yang kontak erat dengan pasien positif Corona tak kunjung ada contact tracing?

Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD mengaku tracing di Indonesia memang masih lemah. Salah satunya kemungkinan berkaitan dengan jumlah tes swab PCR yang masih terbatas.

"Memang harus kita akui ya tracing kita ini masih lemah dan memang harus dicari tahu kenapa kok nggak ter-trace padahal iya sudah jelas positif," ungkapnya saat dihubungi detikcom Jumat (2/9/2020).

Ahmad menilai boleh-boleh saja jika masyarakat ingin menjalani swab mandiri, tetapi perlu melakukan tes COVID-19 di laboratorium yang terhubung dengan pemerintah. Hal ini agar bisa memastikan hasil tes COVID-19 terlapor ke pemerintah pusat.

ADVERTISEMENT

"Karena nanti lab yang pemerintah itu akan koordinasi juga dengan pusat, jadi ketika dia positif atau negatif nantinya akan dilaporkan," beber Ahmad.

"Kita harus pastikan juga bahwa ketika nantiPCR secara mandiri itu dia memang tidak mempermasalahkan kalau nanti hasilnya itu dilaporkan ke pusat,"pungkasnya.




(naf/up)
Serba-serbi Swab Mandiri
14 Konten
Tes swab menjadi salah satu metode paling akurat mendeteksi virus Corona COVID-19. Sayangnya harganya masih sangat mahal. Banyak orang harus merogoh kocek sendiri karena tidak kebagian gratisan.