Pasca Stroke, Pria Ini Hanya Bisa Bicara 'Ya' dan 'Tidak'

Pasca Stroke, Pria Ini Hanya Bisa Bicara 'Ya' dan 'Tidak'

Firdaus Anwar - detikHealth
Senin, 04 Jan 2016 16:33 WIB
Pasca Stroke, Pria Ini Hanya Bisa Bicara Ya dan Tidak
Foto: Thinkstock
London - Tak jarang bagi pasien yang terserang stroke untuk mengalami kelumpuhan. Namun apa yang dialami oleh Graham Pawley (56) dari London, Inggris, bisa dibilang tak biasa karena setelah stroke dirinya bisa mengerti apa yang dibicarakan orang lain tapi hanya bisa menjawab dengan 'ya' atau 'tidak'.

Berbicara dengan Graham disebut jurnalis BBC yang mengangkat kisahnya seperti bermain tebak-tebakan. Seseorang harus mengajukan rentetan pertanyaan sampai mendapat jawaban yang benar.

Bagaimana Gragam bisa seperti sekarang bermula pada Juli 2013 saat ia alami serangan stroke berat. Pasca serangan tangan kanannya lumpuh dan gerakan pada kaki kanannya juga terbatas. Selain itu ada gejala tambahan ia jadi tak bisa menulis dan membaca tapi tetap mengerti apa yang dibilangkan kepadanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur klinis nasional Inggris untuk stroke Profesor Tony Rudd mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada Graham dan menyebut kondisi tersebut bernama aphasia. Intinya hal ini terjadi karena serangan stroke merusak bagian otak yang bertanggung jawab terhadap proses pengolahan kata dan informasi.

Baca juga: Bakteri dalam Usus 'Diutak-atik', Cara Lain Cegah Jantungan dan Stroke

"Sangat jarang untuk memiliki masalah komunikasi yang cukup parah namun tetap bisa mengerti dalam hal pemahaman," kata Rudd seperti dikutip dari BBC pada Senin (4/1/2016).

Namun meski jarang, Rudd menambahkan kasus yang dialami Graham tetap bisa terjadi. Bagian otak yang mengatur komunikasi memang saling terkait dengan bagian otak yang mengatur proses informasi namun sebetulnya keduanya terpisah. Oleh sebab itu mungkin saja kerusakan hanya terjadi pada satu bagian.

"Aphasia dapat berarti Anda hanya memiliki kesulitan menemukan kata yang tepat. Tetapi hal ini bisa saja jadi lebih buruk dalam hal pasien memang jadi benar-benar tak bisa mengerti apa yang dikatakan padanya serta tidak bisa mengungkapkan apa-apa," lanjut Rudd.

Sama seperti yang dialami survivor stroke lainnya, kecil kemungkinan untuk Graham memperoleh kembali kemampuan komunikasinya. Rudd mengatakan terapi seperti sering berbicara dengan orang lain hanya dapat meningkatkan kondisi Graham saja.

Baca juga: Obat untuk Insomnia Diklaim Bisa Bantu Pemulihan Pasien Pasca Kena Stroke (fds/up)

Berita Terkait