Gara-gara Konsumsi Plasentanya Sendiri, Ibu Tularkan Infeksi ke Bayi

True Story

Gara-gara Konsumsi Plasentanya Sendiri, Ibu Tularkan Infeksi ke Bayi

Firdaus Anwar - detikHealth
Selasa, 04 Jul 2017 15:35 WIB
Gara-gara Konsumsi Plasentanya Sendiri, Ibu Tularkan Infeksi ke Bayi
Sang ibu dilaporkan mengonsumsi plasentanya setelah dibuat menjadi pil. (Foto: ilustrasi/thinkstock)
Jakarta - Praktik mengonsumsi plasenta kadang dilakukan oleh beberapa ibu yang baru melahirkan. Alasannya karena plasenta ini dipercaya mengandung beragam nutrisi penting yang dapat mengembalikan vitalitas ibu.

Studi dari University of Nevada pada tahun 2013 sebetulnya telah melakukan survei pada para ibu yang melakukan praktik ini. Banyak yang melaporkan mengonsumsi plasenta dapat memberikan berbagai macam manfaat kesehatan namun peneliti mengatakan masih sedikit studi yang bisa memperkuat hasil survei.

Pada satu kasus kebiasaan mengonsumsi plasenta justru tampaknya malah membawa bahaya. Seorang bayi dari Oregon, Amerika Serikat, dilaporkan terkena infeksi bakteri grup B Streptococcus agalactiae (GBS) dan setelah diselidiki ternyata sumber infeksi datang dari sang ibu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Kembalikan Nutrisi, Kati Mengonsumsi Plasenta Sendiri dengan Cara Dijus

Hal ini diketahui setelah awalnya sang bayi datang ke rumah sakit dan dirawat selama 11 hari dengan antibiotik. Ia dinyatakan sembuh, dibolehkan pulang ke rumah, tapi lalu kembali lagi lima hari kemudian.

Setelah dokter melakukan pemeriksaan ternyata sang bayi positif terkena infeksi dari jenis bakteri yang sama. Ia pun mendapatkan pengobatan antibiotik lalu setelah sembuh kembali pulang.

dr Genevieve Buser yang terlibat dalam kasus mengatakan bahwa dokter kandungan yang menangani persalinan sempat memberitahunya bahwa sang ibu pernah meminta plasenta untuk dijadikan pil. Dari sana kecurigaan muncul karena memang plasenta diketahui bisa terkontaminasi bakteri.

"Kami khawatir karena kami telah melakukan tes pada air susu ibu (ASI) dan hasilnya negatif untuk grup B Streptococcus. Jadi kami berusaha untuk memahami mengapa anak ini bisa sampai terkena infeksi yang sama dua kali berturut-turut," kata dr Genevieve seperti dikutip dari CNN, Selasa (4/7/2017).

"Ketika kami tahu bahwa plasentanya ternyata dijadikan kapsul, kami meminta untuk plasenta kering yang ada dites dan hasilnya positif untuk grup B Streptococcus," lanjut dr Genevieve.

Bahkan ketika sampel darah bayi dan sampel plasenta kering dikirim ke laboratorium Lembaga Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), hasilnya ditemukan bakteri yang identik.

Baca juga: Meski Kontroversial, Kapsul Plasenta Manusia Jadi Tren di Tiongkok

(fds/ajg)

Berita Terkait