Saat kejadian Nurhayati bercerita sedang tugas menjaga pasien di ruang rawat lantai tiga. Ketika gempa pertama melanda sekitar jam tiga sore ia langsung bergegas mengevakuasi pasien anak-anak ke titik aman lalu kembali masuk bangunan untuk berjaga-jaga di ruang perawat setelah sempat makan sore.
"Keluar dari nurse stasion, gempa, terus rubuh. Saya lagi di nurse stasion tertimbun tembok kanan-kiri. Setengah jam tertimbun teman ada yang lihat cuma belum bisa nolong karena tidak ada yang bantu angkat," kata Nurhayati ketika ditemui di halaman RS Anutapura Palu, Kamis (4/10/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beruntung ada satu orang anggota keluarga pasien melihat nasib Nurhayati lalu berusaha membantunya. Nurhayati berhasil keluar dari reruntuhan lalu melompat dari lantai tiga gedung RS yang kini sudah hampir setara dengan tanah.
Nurhayati lolos dengan minim luka fisik namun mengaku cukup trauma tidak bisa tidur tenang karena selalu teringat momen saat tertimbun. Ada beberapa rekannya yang tidak beruntung meninggal terjebak oleh reruntuhan saat gempa menghantam.
Meski trauma, Nurhayati kini sudah kembali bekerja melayani pasien di tenda darurat RS Anutapura. Sesekali ia kembali ke gedung yang nyaris menguburnya hidup-hidup untuk menyaksikan proses evakuasi jenazah dan membantu mengidentifikasi rekan sesama perawat.
"Tutup mata saja saya masih terasa tertimbun. Masih kebayang gelapnya. Saya sekarang sudah kembali kerja kok," pungkas Nurhayati.











































