Namun semakin hari, penyakit kardiovaskular seperti stroke bisa menyerang siapa saja bahkan kaum muda. Seperti yang dialami oleh penulis Valiant Budi atau lebih akrab disapa Vabyo, yang terserang stroke saat umur 35 tahun.
"Pas kena stroke umur 35 tahun. Sebetulnya banyak gejala hipertensi sih, kayak kepala pening, leher kaku-pegal, tapi sering aku salah artikan sebagai masuk angin. Jadinya gak berobat, malah ngopi ngopi plus merokok pula. Pecah deh," tuturnya kepada detikHealth, Senin (12/8/2019).
Pria 39 tahun ini bercerita kala itu dokter mendiagnosanya dengan stroke hemoragik yakni pecah pembuluh darah di otak kiri yang membuat kemampuan berbahasanya menjadi kacau. Ketika berbicara, yang terdengar hanya bahasa yang sulit dimengerti. "Mirip bahasa Rusia campur Belanda," katanya.
Sebetulnya banyak gejala hipertensi sih, kayak kepala pening, leher kaku-pegal, tapi sering aku salah artikan sebagai masuk angin. Jadinya gak berobat, malah ngopi ngopi plus merokok pula. Pecah deh Vabyo - Penulis |
Masih belum paham dengan apa yang terjadi, hal yang lebih mengerikan pun muncul. Setiap bangun tidur, ingatannya 'terhenti' di tahun tertentu sampai ia tak bisa mengenali teman dan bahkan keluarganya sendiri.
"Jadi dokterku pernah menerangkan, memoriku masih tersimpan utuh, tapi jembatan penghubung antara 1 memori dengan memori lainnya sering hilang," tuturnya.
Sebelum terserang stroke, Vabyo paham jika dirinya memiliki hipertensi. Saat di cek pun, tekanan darahnya mencapai 200/100. Banyak yang mengira orang yang punya riwayat hipertensi akan cenderung menunjukkan sifat tertentu seperti sering marah dan kerap emosi. Tapi beda hal dengan Vabyo yang pada waktu itu sama sekali tidak merasa ada yang aneh dengan tubuhnya.
"Aku anaknya demen ketawa-tawa, woles, hidupnya ala ala happy go lucky gitu. Eh, lagi senang-senang, ujug-ujug ambrug," sambungnya.
Jadi dokterku pernah menerangkan, memoriku masih tersimpan utuh, tapi jembatan penghubung antara 1 memori dengan memori lainnya sering hilang Vabyo - Penulis |
Memang pola hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama hipertensi dan stroke yang ia alami. Tidak menjaga makan, kurang minum air putih dan merokok pun jadi biang kerok penyakit silent killer tersebut.
"Ugh dulu aku sarapan nasi padang gule otak. Lalu ngopi setiap hari pake teko French Press yang setara 3 cangkir gelas, dan sehari bisa 3 kali nambah. Jadi sehari minimal bisa 9 gelas. Rokok sebenernya gak banyak, tapi aku rajin nyangklong (pipa) itu," kenangnya.
Saat ini, kisahnya telah ia tuliskan di akun twitter pribadi miliknya @vabyo dan telah mendapat respon lebih dari 300 orang serta di bagikan hampir 30 ribu kali. Punya banyak 'hutang budi' jadi motivasi Vabyo untuk sembuh agar bisa membalas kebaikan keluarga dan rekannya.
Dulu aku sarapan nasi padang gule otak. Lalu ngopi setiap hari pake teko French Press yang setara 3 cangkir gelas, dan sehari bisa 3 kali nambah. Jadi sehari minimal bisa 9 gelas. Rokok sebenernya gak banyak, tapi aku rajin nyangklong (pipa) itu.Vabyo - Penulis |
"Motivasi awalku itu gak mau bikin mereka makin repot, lalu motivasi kedua, aku teringat masih punya banyak hutang budi dan setelah sakit jadi punya hutang uang juga hehe, sama keluarga dan teman-teman, jadinya bernafsu sembuh agar setidaknya bisa sedikit balas kebaikan mereka," pungkasnya.
Sampai sekarang, Vabyo masih terus menjalani perawatan dan kontrol rutin sebulan sekali untuk memantau tekanan darah agar stroke yang ia alami tidak berulang.
Simak Video "Seberapa Penting Menyederhanakan Istilah Medis ke Masyarakat Awam?"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/up)