Seorang wanita di New York bernama Lucy menceritakan kisahnya yang nyaris meninggal dunia karena vape atau rokok elektrik. Akibatnya, wanita yang saat itu berusia 21 tahun ini mengalami infeksi paru-paru yang parah.
Kejadian ini berawal pada 21 Februari 2022, Lucy mulai mengalami sakit kepala yang sangat parah dan terus memburuk dari hari ke hari. Kemudian, ia mulai demam dan muntah-muntah setiap 3 jam.
Sekitar dua hari setelahnya, Lucy mulai mengalami kesulitan bernapas disertai dengan demam tinggi dan muntah-muntah. Sampai akhirnya, ia dilarikan ke bagian gawat darurat di Strong Memorial Hospital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kadar Oksigen Tubuhnya Menurun
"Di dalam unit gawat darurat, kadar oksigen saya sangat rendah sehingga staf memutuskan untuk menerima saya, tetapi mereka tidak yakin persis apa yang menyebabkan gejala saya," beber Lucy yang dikutip dari The Healthy, Rabu (1/2/2023).
"Mereka mulai dengan menguji saya untuk berbagai penyakit virus, termasuk influenza dan COVID-19 (dengan tes cepat dan PCR). Hasilnya semua negatif," sambungnya.
Selanjutnya, Lucy menjalani CT scan untuk melihat kondisi paru-parunya. Hasilnya, terlihat banyak bercak putih pada paru-parunya yang didiagnosis sebagai infeksi.
Lucy juga menjalani pengecekkan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh vape atau EVALI dan pneumonia. Saat itu, ia kemungkinan besar didiagnosis dan dirawat karena pneumonia.
Setelah diidentifikasi lebih lanjut, baru diketahui bahwa Lucy sering vaping. Ia mengalami gejala seperti batuk ringan yang ternyata cocok dengan gejala EVALI.
Mengetahui itu, dokter meminta agar Lucy mulai berhenti menggunakan vape. Jika kebiasaan vaping terus dilakukan, ia mungkin bisa kehilangan sebagian paru-parunya bahkan meninggal dunia.
NEXT: Kondisi yang Masih Kambuh
Pengobatan Mulai Dilakukan
"Para dokter memulai mengobati saya dengan antibiotik dan memberi saya steroid untuk mengobati EVALI. Kemudian memberi saya oksigen dan obat IV untuk memberi waktu pada paru-paru saya untuk sembuh dan membuat saya tetap terhidrasi," jelas Lucy.
"Saya diperbolehkan pulang pada 1 Maret 2022, sekitar satu setengah minggu sejak saya mengalami sakit kepala pertama. Sejak itu, saya mulai bisa makan lebih banyak dan mulai bisa bergerak," lanjut dia.
Namun, pada 11 Maret kondisi Lucy kembali memburuk. Ia tidak bisa bernapas dan langsung dilarikan ke rumah sakit lagi.
Di sana, tim medis akhirnya melakukan bronkoskopi, yakni prosedur memasukkan selang ke hidung dan paru-paru untuk membersihkan paru-paru. Meski membuat saya trauma dan kesakitan, itu bisa membantu saya mulai pulih dan diperbolehkan pulang tiga hari setelahnya.
Lucy mengungkapkan butuh waktu sekitar satu bulan pemulihan sampai dirinya mulai merasa normal kembali. Meski menyisakan luka di bagian paru-parunya, ia mengaku kondisinya jauh lebih baik.
"Saya membawa inhaler penyelamat untuk berjaga-jaga, dan saya masih menemui ahli paru setiap enam bulan. Untuk saat ini, tampaknya saya sudah pulih sepenuhnya," pungkasnya.
Simak Video "Video WHO Ungkap Hampir 15 Juta Remaja di Dunia Ngevape"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)











































