Pria di Amerika Serikat jadi manusia terakhir di dunia yang hidup dengan paru-paru besi. Dia harus bertahan dengan paru-paru bantuan itu karena infeksi polio yang diidapnya sejak berusia 6 tahun.
Paul Alexander (77) telah menghabiskan seumur hidupnya di paru-paru besi, mengembangkan cara bernapasnya sendiri yang disebutnya 'pernapasan katak'. Paru-paru besi yang dipakai Paul menyerupai peti mati logam, mengharuskan pasien untuk berbaring di dalam, dengan perangkat diikat erat di leher mereka.
Alat itu bekerja dengan menciptakan ruang hampa untuk secara mekanis menarik oksigen ke paru-paru bagi pasien yang sistem saraf pusat dan fungsi pernapasannya dirusak oleh polio.
Kisah Paul harus hidup dengan paru-paru besi dimulai pada tahun 1952. Dia masih berumur 6 tahun saat terinfeksi penyakit polio.
Bercerita kepada The Guardian, kala itu dia tiba-tiba merasa tidak enak badan dan lehernya kaku saat bermain di luar. Kemudian dia mulai mengalami demam.
Hari-hari pertama dia hanya berbaring di tempat tidur orang tuanya sambil mewarnai. Lima hari setelahnya, kondisi Paul memburuk, dia bahkan tak bisa lagi memegang krayon, berbicara, menelan bahkan batuk.
Orang tuanya kemudian membawanya ke rumah sakit khusus pasien polio. Namun saat itu rumah sakit tak bisa langsung merawatnya karena fasilitas kesehatan tersebut penuh dengan anak-anak yang sakit karena polio.
Beruntung ada dokter lain yang melihatnya. Segera setelah itu dan melakukan trakeostomi darurat sebelum mengeluarkan cairan yang menumpuk di paru-parunya.
"Hal berikutnya yang saya ingat, saya sudah ada di dalam paru-paru besi," kenang Alexander.
(kna/naf)