Seorang perawat di Texas, Amerika Serikat, menceritakan perjuangannya melawan kanker paru stadium 4 yang diidapnya. Penyakitnya itu membuatnya sempat menjadi bahan uji klinis untuk obat kanker yang sayangnya tak bekerja dengan baik.
Tiffany Job (40), pertama kali didiagnosis mengidap kanker paru stadium 4 tiga tahun lalu saat usianya 37. Kanker paru kerap tak bergejala di stadium awal sehingga saat ketahuan, tumornya sudah bermetastasis di beberapa titik dari leher sampai tulangnya.
Kankernya juga telah menyebar ke panggul, tulang paha kanan, dan tulang belakang lehernya. Awalnya dia tak menyangka keluhan yang dirasakan saat berolahraga ternyata menjadi gejala kanker paru.
"Saya pikir hanya penyakit paru biasa. Tidak ada yang pernah berspekulasi bahwa kanker paru-paru bisa menjadi penyebabnya," kata Tiffany kepada Patient Story.
Tiffany tidak pernah merokok, hal itu yang sempat membuatnya heran dan sangat terkejut saat disebut mengidap kanker paru. Dia menjalani bronkoskopi pada awal Oktober 2020 dan tak bisa bernapas.
Untuk beberapa saat, dokter mengira dia terkena TBC atau COVID-19. Namun saat berada di rumah sakit, dia dikunjungi oleh dokter onkologis yang membuatnya yakin kalau ada yang salah di tubuhnya.
Tumor Tiffany memiliki mutasi genetik yang dikenal sebagai EGFR (epidermal growth factor receptor). Artinya kanker menyebabkan kelebihan protein EGFR yang dapat mempercepat pertumbuhan sel kanker paru-paru.
"Kanker paru-paru non-sel kecil, ada semacam mutasi genetik yang bisa kita targetkan. Kita memerlukan terapi yang ditargetkan untuk melawan mutasi tersebut dan menghindari kemoterapi," ujarnya terkait pengobatan yang dilakukan.
Simak Video "Video: Asbes, Material Murah yang Mengancam Kesehatan Paru-paru"
(kna/kna)