Awal tahun akan lebih bermakna jika disertai dengan resolusi hidup sehat. Salah satunya adalah dengan cara mengatur pola makan dan memilih makanan yang sehat. Bagi mereka yang berniat menurunkan berat badannya beberapa kg, tahun baru juga cukup tepat dijadikan sebagai momentum dimulainya perjuangan diet.
"Hidup sehat bisa dimulai setiap saat, yang paling penting adalah tekadnya dan dilanjutkan oleh upayanya. Memiliki resolusi menurunkan berat badan atau mengubah pola hidup sehat di tahun baru paling tidak bisa memperkuat komitmen, itu sudah modal awal," kata Prof Dr Hardinsyah, ahli gizi dari Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) kepada detikHealth seperti ditulis Rabu (2/1/2013).
Prof Hardinsyah menuturkan bahwa niat merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan program diet. Dengan niat awal yang kuat, setidaknya ada keinginan untuk berubah dan menerapkan pola hidup sehat. Hal ini diamini oleh Rina (25 tahun), karyawan sebuah bank di Jakarta yang memiliki resolusi ingin menurunkan berat badan di tahun 2013.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau demikian, Rina mengakui bahwa niat saja tidak cukup. Yang paling penting adalah konsistensi dalam menerapkan pola makan setiap hari. Nyatanya, ia sudah beberapa kali melakukan program diet namun gagal karena kurang konsisten menjalankannya.
Program mengubah pola makan sehat bukan melulu untuk menurunkan berat badan saja. Ada orang yang berniat mengubah pola makannya karena khawatir dengan penggunaan bahan-bahan kimia dalam makanan.
Salah satunya adalah Duala, dara berusia 24 tahun yang tengah mencoba mengkonsumsi makanan organik dan hasil olahan sendiri. Ia mengaku khawatir dengan meningkatnya kasus kanker, terutama di kalangan perempuan, akibat pola makan yang salah. Maka ia berupaya mulai mengubah pola makannya sejak tahun ini.
"Keinginannya sendiri memang sudah ada beberapa bulan ini, tapi memantapkannya pas bebarengan tahun 2013. Aku mulai mengurangi makanan instan dan memakan makanan yang lebih sehat, dalam artian organik, lalu mengkonsumsi makanan yang bermanfaat bagi kesehatan, terutama olahan fermentasi," tutur gadis yang bekerja di sebuah media di Yogyakarta ini
Tekad Duala ini tak muncul begitu saja. Ia memang tengah akrab dengan sebuah komunitas di Yogyakarta bernama Life Patch yang aktif menanam, merawat dan mengolah makanannya sendiri. Anggota-anggota komunitas ini aktif melakukan workshop pembuatan makanan fermentasi sepeti kefir dan mengkampanyekan pola hidup organik.
Karena memakan tanaman hasil kebun dan diolah sendiri, tentunya anggota komunitas ini tahu betul bahwa makanannya terbebas dari pestisida dan lebih menyehatkan. Walau demikian, menekuni pola makan seperti ini tidak mudah dan membutuhkan tekad yang kuat.
Duala mengakui bahwa agaknya waktu 1 tahun belum cukup dapat membuatnya benar-benar mengkonsumsi makanan organik sepenuhnya. Apalagi ditambah dengan berbagai kesibukan, terkadang harus ada kompromi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
"Saat ini masih belum terasa signifikan perubahannya karena prosesnya panjang. Aku udah mulai mengkonsumsi olahan makanan sendiri sepeti kefir, kombucha dan wine dan bikin sendiri juga. Sama kalau masak, kadang teman yang sudah punya kebun sendiri kita tukar-tukaran. Mereka punya tomat organik kita minta mereka, nanti kita tukar sama bibit," tuturnya.
(pah/vit)











































