Tidak mudah untuk mewujudkan sebuah resolusi tahun baru, minimal butuh motoivasi yang kuat. Namun terlalu ngoyo juga tidak dianjurkan karena bisa bikin stres. Alih-alih sukses, kalau sudah stres biasanya akan berhenti di tengah jalan.
Mengapa terlalu serius menjalankan resolusi sehat yang ditetapkan di awal tahun justru bisa memicu stres dan akhirnya malah menjadi tidak sehat? Seorang psikolog dari RS Pluit Jakarta, Rosdiana Setyaningrum menjelaskan hubungan antara resolusi tahun baru dan dan stres.
"Itu karena kita sering lupa menghargai diri sendiri, menghadiahi diri sendiri," kata pakar psikologi klinis yang akrab dipanggil Diana ini saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Rabu (2/1/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya tahu tanda-tandanya. Kalau saya pegang barang bisa jatuh, jalan bisa kesandung, itu salah satu tanda kalau saya stres. Berarti saya harus cool down dulu, misalnya sehari saya istirahat dulu atau mungkin pulangnya tidak semalam biasanya," lanjutnya.
Kerja keras untuk mewujudkan sebuah resolusi memang membutuhkan energi. Misalnya jika menyangkut karir maka harus sering-sering ikut training, sedangkan jika menyangkut kesehatan seperti menurunkan berat badan maka butuh diet dan olahraga yang tentunya tidak selalu ringan.
"Jadi kita kerja terus dan akhirnya habis tenaganya. Habis tenaganya sebelum hasil kita dapat, terus pertanyaan yang muncul adalah 'aduh worth it nggak ya?' begitu," tambah Diana.
Keraguan akan muncul ketika orang mulai menimbang-nimbang antara kerja keras yang dilakukan dengan hasil yang belum terlalu memuaskan. Padahal bisa jadi karena memang belum waktunya berhasil, atau bisa pula karena kurang memperhitungkan kemampuan dan terlalu bekerja keras.
(up/vit)











































