Jakarta -
Tidak ada aturan yang membatasi seseorang dalam membuat resolusi, termasuk untuk urusan kesehatan. Namun kalau asal-asalan, maka resolusi tersebut hanya akan menjadi 'gombal' alias kain kotor yang terlupakan. Pendek kata, pasti gagal.
"Resolusi yang dibikin asal-asalan, hanya ikut-ikutan biasanya tidak berhasil," kata dr Michael Triangto, SpKO, seorang pakar kesehatan saat dihubungi detikHealth seperti ditulis Rabu (2/1/2013).
Beberapa contoh resolusi sehat yang sering dibikin asal-asalan dan akhirnya terlupakan dengan seribu-satu alasannya antara lain sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Menurunkan berat badan
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
|
"Ikut-ikutan itu misalnya orang lain ingin menurunkan berat badannya 50 kg, lalu ikut-ikutan bikin target yang sama. Kalau orang lain itu awalnya punya berat badan 150 kg, itu masih realistis tapi kalau yang ikut-ikutan tidak sampai 100 kg kan susah," kata dr Michael mencontohkan.
Menurunkan berat badan baik melalui diet maupun olahraga termasuk resolusi sehat yang paling populer di awal tahun. Saking populernya, tidak sedikit yang akhirnya gagal total atau berhasil tapi kurang memuaskan karena motivasinya kurang kuat dan terlalu mengharapkan hasil instan.
2. Berhenti merokok
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
|
"Resolusi juga sering gagal karena terlalu muluk. Contohnya ingin berhenti merokok, tetapi lingkungan kerjanya perokok semua. Atau warung rokoknya dekat sekali dengan rumahnya. Kalau mau berhasil, dia harus bisa mengatasi tantangan-tantangan itu dulu," lanjut dr Michael.
Faktanya nikotin dalam rokok merupakan zat adiktif yang konon lebih nagih dibanding kopi dan narkotika. Tidak mudah untuk berhenti merokok apalagi yang sudah bertahun-tahun. Banyak yang gagal menghentikan kebiasaan tersebut, namun sekali lagi dengan motivasi yang kuat maka tidak akan ada yang mustahil.
3. Rajin olahraga
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
|
Dengan kesibukan yang tinggi, waktu seolah berjalan terlalu cepat. Resolusi untuk lebih rajin olahraga kadang terlupakan begitu saja kalau sudah berhadapan dengan deadline dan rutinitas lainnya. Butuh strategi yang jitu untuk mewujudkannya.
"Saya olahraga cuma butuh waktu 30 menit, baca koran juga 30 menit. Kenapa tidak saya lakukan keduanya secara bersamaan?" kata dr Michael yang akhirnya memilih latihan interval agar lebih rajin olahraga di tahun 2013 tanpa harus meninggalkan hobinya membaca koran.
4. Makan teratur dengan gizi seimbang
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
|
Makan teratur dengan gizi seimbang merupakan salah satu resolusi paling sehat namun sulit diwujudkan di tengah ritme kehidupan manusia modern di kota besar seperti Jakarta. Contohnya Torie (25 tahun), yang sudah bertekad menyeimbangkan gizi tetapi tetap saja sulit mencari waktu untuk memasak.
"Mulai sebulan terakhir sudah komit memperbanyak makan sayur. Cuma karena saya anak kost, terkadang nggak bisa makan sayur karena kendala teknis," kata Torie yang tetap yakin resolusinya untuk mengatasi masalah kolesterol di tahun 2013 bakal berhasil.
5. Mengontrol kadar kolesterol
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
|
Makanan enak seringkali menjadi musuh bagi yang sudah bermasalah dengan kolesterol. Tidak cukup hanya tekad untuk menghindarinya, apalagi untuk profesi tertentu seperti marketing yang harus saling meng-entertain klien dengan jamuan makan enak. Faktor sungkan untuk menolak sering jadi kendala.
"Harus berani mengatakan tidak untuk makanan tertentu meski sedang meng-entertain atau di-entertain. Seharusnya tidak ada yang tersinggung kalau kita katakan, 'Maaf saya tidak makan ini. Bukan tidak menghargai tetapi kesehatan saya tidak memungkinkan'," kata dr Michael memberikan tips.
"Ikut-ikutan itu misalnya orang lain ingin menurunkan berat badannya 50 kg, lalu ikut-ikutan bikin target yang sama. Kalau orang lain itu awalnya punya berat badan 150 kg, itu masih realistis tapi kalau yang ikut-ikutan tidak sampai 100 kg kan susah," kata dr Michael mencontohkan.
Menurunkan berat badan baik melalui diet maupun olahraga termasuk resolusi sehat yang paling populer di awal tahun. Saking populernya, tidak sedikit yang akhirnya gagal total atau berhasil tapi kurang memuaskan karena motivasinya kurang kuat dan terlalu mengharapkan hasil instan.
"Resolusi juga sering gagal karena terlalu muluk. Contohnya ingin berhenti merokok, tetapi lingkungan kerjanya perokok semua. Atau warung rokoknya dekat sekali dengan rumahnya. Kalau mau berhasil, dia harus bisa mengatasi tantangan-tantangan itu dulu," lanjut dr Michael.
Faktanya nikotin dalam rokok merupakan zat adiktif yang konon lebih nagih dibanding kopi dan narkotika. Tidak mudah untuk berhenti merokok apalagi yang sudah bertahun-tahun. Banyak yang gagal menghentikan kebiasaan tersebut, namun sekali lagi dengan motivasi yang kuat maka tidak akan ada yang mustahil.
Dengan kesibukan yang tinggi, waktu seolah berjalan terlalu cepat. Resolusi untuk lebih rajin olahraga kadang terlupakan begitu saja kalau sudah berhadapan dengan deadline dan rutinitas lainnya. Butuh strategi yang jitu untuk mewujudkannya.
"Saya olahraga cuma butuh waktu 30 menit, baca koran juga 30 menit. Kenapa tidak saya lakukan keduanya secara bersamaan?" kata dr Michael yang akhirnya memilih latihan interval agar lebih rajin olahraga di tahun 2013 tanpa harus meninggalkan hobinya membaca koran.
Makan teratur dengan gizi seimbang merupakan salah satu resolusi paling sehat namun sulit diwujudkan di tengah ritme kehidupan manusia modern di kota besar seperti Jakarta. Contohnya Torie (25 tahun), yang sudah bertekad menyeimbangkan gizi tetapi tetap saja sulit mencari waktu untuk memasak.
"Mulai sebulan terakhir sudah komit memperbanyak makan sayur. Cuma karena saya anak kost, terkadang nggak bisa makan sayur karena kendala teknis," kata Torie yang tetap yakin resolusinya untuk mengatasi masalah kolesterol di tahun 2013 bakal berhasil.
Makanan enak seringkali menjadi musuh bagi yang sudah bermasalah dengan kolesterol. Tidak cukup hanya tekad untuk menghindarinya, apalagi untuk profesi tertentu seperti marketing yang harus saling meng-entertain klien dengan jamuan makan enak. Faktor sungkan untuk menolak sering jadi kendala.
"Harus berani mengatakan tidak untuk makanan tertentu meski sedang meng-entertain atau di-entertain. Seharusnya tidak ada yang tersinggung kalau kita katakan, 'Maaf saya tidak makan ini. Bukan tidak menghargai tetapi kesehatan saya tidak memungkinkan'," kata dr Michael memberikan tips.
(up/vit)