Cuci Otak Sembarangan Risikonya Nyawa Bisa Melayang

Cuci Otak Penangkal Stroke?

Cuci Otak Sembarangan Risikonya Nyawa Bisa Melayang

Erninta Afryani Sinulingga - detikHealth
Kamis, 28 Feb 2013 13:05 WIB
Cuci Otak Sembarangan Risikonya Nyawa Bisa Melayang
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Jangan melakukan cuci otak sembarangan, karena risiko terbesarnya adalah nyawa bisa melayang. Cuci otak yang dimaksud bukan tindakan mengubah pola pikir, tetapi trombolisis pada pasien stroke yang mengalami sumbatan akut.

"Risikonya sendiri sangat-sangat besar yaitu kematian," ujar Letkol (Kes) TNI-AU, dr Wawan Mulyawan, Sp.BS saat berbincang dengan detikHealth, Rabu (28/2/2013).

Nah, jika akan menjalani prosedur ini, maka perlu didampingi dokter bedah saraf . Dokter tersebutlah yang akan berjaga untuk kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena jika prosedur pelaksanaan trombolisis tidak disertai dengan persiapan dari dokter bedah saraf sebagai pendukung ketika terjadi hal yang tidak diharapkan seperti luka sayatan yang tidak disengaja maka pasien bisa jadi tidak akan tertolong," jelas dr Wawan.

Sama seperti pemasangan kateter pada jantung, jika terjadi sesuatu pada saat pemasangan ring, dokter bedah jantung pun sudah siap untuk melakukan tindakan di meja operasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan atau yang berisiko kematian.

dr Wawan mewanti-wanti agar masyarakat jangan mudah tergiur dengan iklan. Apalagi zaman sekarang sudah ada internet yang menjadi sumber informasi bagi semua orang. Karena itu sebelum melakukan terapi lebih baik dicari dengan baik.

"Pasien atau siapapun yang tergiur dengan hal ini sebaiknya melakukan konsultasi pada dokter saraf yang dapat menanganinya, tidak langsung ke dokter spesialis karena akan dilihat dulu sejauh mana penyumbatannya. Dan pastikan bahwa dokter yang menangani tindakan trombolisis sendiri telah memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh kolegium dokter bedah saraf Indonesia, misalnya," pesan dr Wawan.

Sementara itu neurolog Prof Dr dr Moh Hasan Machfoed SpS (K) MS dalam pesan tertulisnya beberapa waktu lalu mengatakan aatu-satunya obat yang mampu menghancurkan bekuan darah penyumbat aliran otak hanyalah golongan obat yang disebut trombolisis. Menurutnya obat ini sangat bahaya bila diberikan lebih dari 8 jam setelah menderita stroke.

"Bahaya terbesar adalah perdarahan otak yang bisa merenggut nyawa pasien. Sementara ini belum ada obat lain yang dapat menghancurkan bekuan darah," ucap Prof Hasan sembari menambahkan obat ini dilarang diberikan sebagainupaya prevensi normal.

Sayangnya dr Terawan Agus Putranto, Sp.Rad yang melakukan prosedur tersebut tidak menjelaskan secara langsung bagaimana prosedur yang oleh beberapa orang disebut sebagai 'cuci otak' itu dilakukan. SMS maupun telepon dari detikHealth kepada yang bersangkutan tidak dibalas.

(vit/vit)
IDI (Belum) Pecat dr 'Cuci Otak'
73 Konten
Ikatan Dokter Indonesia menjatuhkan sanksi pemecatan pada dr Terawan Agus Putranto. Pernah jadi kontroversi dengan terapi 'cuci otak' berbasis Digital Substraction Angiography (DSA). IDI belum memecat dan masih memberi ruang pembelaan buat dr Terawan

Berita Terkait