Ketuban yang pecah sebenarnya merupakan tanda bahwa bayi akan segera lahir. Namun ada beberapa kasus di mana ketuban tersebut pecah sebelum usia kandungan itbu belum mencapai 37 minggu. Apa penyebabnya?
"Penyebabnya infeksi, anemia, gizi tidak baik, dan hamil dalam kondisi tidak optimal. Ketuban pecah bisa diminimalisasi dengan cara harus periksa agar memastikan kondisi harus fit, termasuk badan tulangnya, harus fit sebelum hamil," ungkap Dr Dwiana Ocviyanti, SpOG (K), dokter ahli kebidanan dan kandungan dari RSCM, kepada detikHealth dan ditulis pada Rabu (16/10/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau bayinya enggak segera dikeluarkan makin lama bisa menyebabkan infeksi pada ibu. Bayi pun juga bisa terinfeksi, sebab ketuban kan menghalangi bayi agar tidak terinfeksi bakteri di vagina. Nah, kalau pecah, bakteri di vagina bisa menginfeksi bayi," terang Dr Dwiana.
Sependapat dengan Dr Dwiana, dr Aryando Pradana, yang akrab disapa dr Nando, juga mengungkapkan bahwa faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 pekan adalah faktor infeksi pada ibu. Faktor lainnya adalah kehamilan kembar, kelainan anatomis pada rahim atau serviks, serta kondisi hipoksia pada janin.
"Untuk menangani kondisi ini sebaiknya selama dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter spesialis kandungan selama hamil. Calon ibu harus mengomunikasikan gejala-gejala yang dapat menyebabkan infeksi seperti keputihan, gigi bolong, infeksi saluran telinga, dan infeksi di anggota tubuh lainnya," tegas dr Nando, yang merupakan dokter ahli kebidanan dan kandungan dari RS Bunda Jakarta, saat dihubungi detikHealth.
Bayi harus segera dilahirkan di rumah sakit yang memiliki perawatan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) yang baik, agar bayi bisa diberikan obat untuk pematangan paru. Risiko apabila bayi terlambat dilahirkan adalah terjadinya infeksi pada bayi yang bisa mengakibatkan kematian.
(ajg/vit)











































