Makin Aktif di Media Sosial Makin Rentan Jadi Korban Cyberbullying?

Ulasan Khas Cyberbullying

Makin Aktif di Media Sosial Makin Rentan Jadi Korban Cyberbullying?

M Reza Sulaiman, Muamaroh Husnantiya - detikHealth
Rabu, 29 Jan 2014 12:27 WIB
Makin Aktif di Media Sosial Makin Rentan Jadi Korban Cyberbullying?
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Siapa tak kenal media sosial seperti Facebook, Twitter, atau Instagram? Tentu Anda tahu dan mungkin terdaftar sebagai pengguna pada satu atau beberapa media sosial sekaligus. Meski terkesan bebas, interaksi di media sosial harus dibatasi. Jika salah, Anda bisa menjadi korban cyberbullying, atau bahkan menjadi pelakunya.

Cyberbullying adalah penindasan atau bullying yang terjadi di dunia maya. Cyberbullying meliputi perbuatan mengancam, menyudutkan, atau mengintimidasi sehingga seseorang merasa terpojokkan. SMS, jejaring pertemanan, aplikasi chatting, maupun laman web bisa menjadi sarana perbuatan tidak menyenangkan itu.

Seiring dengan bertambahnya pengguna situs-situs pertemanan, cyberbullying kian marak terjadi. Rupanya, budaya berkelompok yang marak terjadi di dunia nyata juga merembet ke dunia maya. Budaya itu diketahui dapat memicu terjadinya penindasan ketika ada orang yang tidak disukai. Tidak hanya budaya berkelompok saja yang merembet ke dunia maya, tetapi juga kebiasaan mem-bully itu sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Indonesia kan budaya ingroup atau berkelompoknya kuat. Senang ngumpul dan ngrobrol. Sehingga ada yang namanya social talk. Berlaku juga di Twitter," ungkap Roslina Verauli, psikolog yang berpraktik di RS Pondok Indah saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (29/1/2014).

Jika tak tahu menahu tentang internet, tidak mungkin seseorang menjadi korban atau pelaku cyberbullying. Pelaku dan korban sama-sama tahu seluk beluk internet dan media sosial. Tapi apakah dengan menjadi fasih di media sosial berarti seseorang jadi rentan terlibat cyberbullying?

Hal itu ditepis oleh Seto Mulyadi, pemerhati anak yang punya panggilan akrab Kak Seto. Meski ada banyak media sosial, cyberbullying tidak akan terjadi bila tidak ada dorongan pribadi.

"Media sosial bukan sebagai penyebab terjadinya cyberbullying namun sebagai media penyebar. Penyebabnya itu mungkin dendam, iri, ada masalah, atau bisa juga hanya iseng kepada korban," tuturnya pada detikHealth.

Di Indonesia, kesadaran masyarakat terhadap cyberbullying cukup tinggi. Menurut survei dari Ipsos yang melibatkan lebih dari 18.000 orang dewasa di 24 negara, 91 persen responden Indonesia mengatakan mereka tahu mengenai fenomena itu. Australia menempati posisi kedua dengan persentasi sebesar 87 persen.

Namun insiden cyberbullying terhadap anak-anak di Indonesia juga cukup tinggi. Sebanyak 53 persen responden survei di Indonesia menyatakan bahwa ada anak dalam komunitas mereka yang mengalami cyberbullying.

Untuk itu, sebaiknya etika pergaulan di dunia maya harus dijaga. Komentar-komentar tidak senonoh atau menyakitkan bisa saja mengakibatkan seseorang merasa tersudut. Karena itu berhati-hatilah dalam bergaul di media sosial.

(vit/vit)
Ulasan Khas Cyberbullying
12 Konten
Perkembangan teknologi memberikan efek yang besar bagi semua orang. Sayangnya, banyak orang yang menyalahgunakan teknologi untuk melakukan bullying pada orang lain.

Berita Terkait