Catat, Ini Penyakit pada Anak yang Tak Perlu Antibiotik

Antibiotik untuk Anak

Catat, Ini Penyakit pada Anak yang Tak Perlu Antibiotik

M Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 05 Feb 2014 11:32 WIB
Catat, Ini Penyakit pada Anak yang Tak Perlu Antibiotik
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Antibiotik bukanlah obat dari segala penyakit. Lagipula perlu diingat bila antibiotik hanya ditujukan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri, bukan virus. Untuk itu ketahuilah infeksi apa saja yang tak boleh diobati dengan antibiotik.

"Mayoritas infeksi pada anak itu sebenarnya tidak butuh antibiotik. Misal batuk, pilek, mencret itu tidak boleh," tegas dr Arifianto, SpA. ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (5/2/2014).

Berikut beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang anak tapi sebenarnya tak perlu diberi antibiotik, seperti halnya dirangkum detikHealth dari berbagai sumber:

1. Batuk

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Batuk, seperti dikatakan dr Arifianto, SpA, tak perlu diberi antibiotik. Kecuali kalau anak mengeluh dadanya sesak karena bisa jadi itu pneumonia dan itu pun harusnya langsung dibawa ke dokter, bukan diobati sendiri.

Sependapat dengan dokter yang akrab disapa dr Apin itu, Prof dr Iwan Dwiprahasto, MMedSc, PhD dari UGM mengatakan anak baru boleh diberi antibiotik bila dahaknya sudah kuning-kehijau-hijauan dan batuknya berlangsung berhari-hari.

"Biasanya terjadi pada hari ke 6 atau 7. Baru boleh diberikan antibiotik setelah berkonsultasi ke dokter," tegas Prof Iwan.

2. Pilek dan demam

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Pilek sama halnya dengan batuk biasa, tak perlu langsung diberi antibiotik bila anak mengalaminya.

"Umumnya kalo demamnya karena common cold tinggal diberi obat penurun demam biasa maka demamnya akan turun seperti paracetamol. Yang perlu diwaspadai adalah jika diberikan obat penurun demam namun tidak kunjung turun," tutur Prof Iwan.

3. Sakit tenggorokan

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
"Untuk sakit tenggorokan (yang) berlangsung satu atau dua hari itu hanya memerlukan obat anti inflamasi non-steroid, tidak perlu antibiotik," tandar Prof Iwan.

Dokter yang juga Kepala Divisi Farmakoepidemologi dan Farmakoekonomi Fakultas Kedokteran UGM itu pun mengingatkan sepanjang tidak ditemukan infeksi pada telinga, tenggorokan, saluran pencernaan yang menyebabkan kekhawatiran tertentu maka antibiotik bukanlah pilihan.

4. Diare

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Prof Iwan menegaskan diare tidak memerlukan antibiotik, bahkan sangat dilarang bagi dokter atau orang tua memberi antibiotik pada anak yang terserang mencret. Pengobatan diare hanyalah memberi minum air yang banyak.

"Namun jika diarenya ada lendir dan darah itu bisa jadi diare amoebiasis yang disebabkan oleh amuba yang berasal dari makanan yang tercemar oleh feses," urainya. Bila kondisinya sudah seperti itu, anak harus segera dibawa ke dokter.

5. Sakit gigi

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Sakit gigi kebanyakan memang disebabkan oleh bakteri, namun Prof drg. Heriandi Sutadi SpKGA (K)., Ph.D. mengatakan sakit gigi sendiri ada dua macam.

"Kalo inflamasi (radang) harus antibiotik tapi kalo sakit biasa analgetik biasa. Dikatakan radang itu jika ada pendarahan dan pembengkakan pada gigi dan gusi," terangnya.

Bila anak mengeluh linu dan ngilu, menurut Prof Heri biasanya itu karena infeksinya sudah kena dentin atau ada lubang di email, atau agrasi.

"Ini bisa dihilangkan dengan perawatan yang rutin, dengan penambalan atau obat tetes di gigi. Sekali lagi tak perlu antibiotik," tegasnya.
Halaman 2 dari 6
Batuk, seperti dikatakan dr Arifianto, SpA, tak perlu diberi antibiotik. Kecuali kalau anak mengeluh dadanya sesak karena bisa jadi itu pneumonia dan itu pun harusnya langsung dibawa ke dokter, bukan diobati sendiri.

Sependapat dengan dokter yang akrab disapa dr Apin itu, Prof dr Iwan Dwiprahasto, MMedSc, PhD dari UGM mengatakan anak baru boleh diberi antibiotik bila dahaknya sudah kuning-kehijau-hijauan dan batuknya berlangsung berhari-hari.

"Biasanya terjadi pada hari ke 6 atau 7. Baru boleh diberikan antibiotik setelah berkonsultasi ke dokter," tegas Prof Iwan.

Pilek sama halnya dengan batuk biasa, tak perlu langsung diberi antibiotik bila anak mengalaminya.

"Umumnya kalo demamnya karena common cold tinggal diberi obat penurun demam biasa maka demamnya akan turun seperti paracetamol. Yang perlu diwaspadai adalah jika diberikan obat penurun demam namun tidak kunjung turun," tutur Prof Iwan.

"Untuk sakit tenggorokan (yang) berlangsung satu atau dua hari itu hanya memerlukan obat anti inflamasi non-steroid, tidak perlu antibiotik," tandar Prof Iwan.

Dokter yang juga Kepala Divisi Farmakoepidemologi dan Farmakoekonomi Fakultas Kedokteran UGM itu pun mengingatkan sepanjang tidak ditemukan infeksi pada telinga, tenggorokan, saluran pencernaan yang menyebabkan kekhawatiran tertentu maka antibiotik bukanlah pilihan.

Prof Iwan menegaskan diare tidak memerlukan antibiotik, bahkan sangat dilarang bagi dokter atau orang tua memberi antibiotik pada anak yang terserang mencret. Pengobatan diare hanyalah memberi minum air yang banyak.

"Namun jika diarenya ada lendir dan darah itu bisa jadi diare amoebiasis yang disebabkan oleh amuba yang berasal dari makanan yang tercemar oleh feses," urainya. Bila kondisinya sudah seperti itu, anak harus segera dibawa ke dokter.

Sakit gigi kebanyakan memang disebabkan oleh bakteri, namun Prof drg. Heriandi Sutadi SpKGA (K)., Ph.D. mengatakan sakit gigi sendiri ada dua macam.

"Kalo inflamasi (radang) harus antibiotik tapi kalo sakit biasa analgetik biasa. Dikatakan radang itu jika ada pendarahan dan pembengkakan pada gigi dan gusi," terangnya.

Bila anak mengeluh linu dan ngilu, menurut Prof Heri biasanya itu karena infeksinya sudah kena dentin atau ada lubang di email, atau agrasi.

"Ini bisa dihilangkan dengan perawatan yang rutin, dengan penambalan atau obat tetes di gigi. Sekali lagi tak perlu antibiotik," tegasnya.

(up/vit)

Antibiotik untuk Anak
13 Konten
Tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan antibiotik, termasuk penyakit pada anak-anak. Maka dari itu, perlu perhatian khusus untuk memberikan antibiotik pada anak.
Berita Terkait