Program bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh ibu, atau yang secara medis disebut dengan in vitro vertilization. In vitro dalam bahasa latin memiliki arti 'di dalam gelas atau tabung', sementara vertilization berarti 'pembuahan'.
Dalam proses bayi tabung, sel telur yang matang diambil dari indung telur ibu, kemudian dibuahi dengan sperma di dalam medium cairan khusus. Setelah berhasil, embrio kecil yang tercipta dimasukkan ke rahim ibu kembali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor yang menentukan biaya bayi tabung itu usia, penyakit yang menyebabkan indung telurnya ibu sedikit, dan sperma abnormal. Semakin abnormal ya semakin mahal," ujar Dr R. Muharam, SpOG, spesialis kebidanan dan kandungan Klinik Yasmin RSCM, kepada detikHealth dan ditulis pada Rabu (12/3/2014).
Sementara itu, dr Ivan R. Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG, Medical Director dari klinik Morula IVF Jakarta, menyebutkan bahwa dalam program bayi tabung umumnya penggunaan obat-obatan juga turut membuat biayanya menjadi mahal, bahkan mencakup 50-60 persen dari total biaya keseluruhan.
"Dalam program ini kan juga ada penggunaan laboratorium, laboratoriumnya ini harus mumpuni, yang terkontrol dengan baik, ini juga memakan biaya cukup besar. Kalau di luar faktor klinis itu yang menentukan adalah jumlah cadangan telur wanita, kalau cadangan telurnya banyak, maka dosis obat yang diberikan akan sedikit, maka biayanya pun akan berkurang," papar dr Ivan.
Untuk urusan biaya, dr Muharam menyebutkan kisaran biaya bayi tabung adalah sekitar Rp 40-80 juta. Sementara dr Ivan menjelaskan biaya biasanya bervariasi, bergantung pada dosis obat. Idealnya program bayi tabung ini memberikan dosis penuh untuk merangsang telur dengan biaya kira-kira Rp 40-70 juta.
"Tetapi sekarang ada juga yang menggunakan mini stimulasi atau natural cycle, biasanya lebih murah, tapi angka keberhasilannya biasanya juga lebih rendah," pungkas dr Ivan.
(ajg/vit)











































