Bayi tabung menjadi harapan terakhir bagi pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah tapi tak bisa memiliki keturunan. Namun keberhasilannya tak bisa dipastikan 100 persen, karena banyak faktor risiko yang bisa menggagalkan proses bayi tabung.
Bayi tabung atau yang biasa dikenal dengan In Vitro Fertilization (IVF) adalah proses pembuahan dibantu dengan teknik rekayasa oleh manusia dengan cara menggabungkan sel telur dan sel sperma dalam suatu kultur yang dilakukan dalam laboratorium embryologi.
"Salah satu faktor yang paling dominan adalah usia wanita, usia wanita itu sangat penting," jelas dr Ivan Rizal Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG, CEO Klinik Bayi Tabung Morula Indonesia, saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Rabu (12/3/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada prinsipnya keberhasilan program bayi tabung sekitar 40-50 persen, tetapi hal ini akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada wanita di bawah 30 tahun peluangnya bisa mencapai 50 persen, sedangkan usia 30-35 tahun peluangnya 35 persen, usia 40 tahun keberhasilan program bayi tabung menjadi sekitar 10-15 persen, sementara di atas usia 40 tahun peluangnya tinggal 8 persen.
Selain usia, kondisi hormon saat melakukan program bayi tabung, kualitas embrio, kemampuan rahim menerima embrio juga berpengaruh terhadap keberhasilan bayi tabung.
"Kalau sekali belum berhasil jangan putus asa dulu, datang lagi sehingga dokter bisa memevaluasi apa penyebab kegagalannya," tambah dokter sekaligus Chairman Indonesian Reproductive Science Institute (IRSI).
dr Ivan menyebutkan beberapa faktor penyebab gagalnya prosedur bayi tabung, antara lain:
1. Kualitas embrio yang tidak bagus karena pengaruh kromosom
2. Usia wanita di atas 35 tahun
3. Adanya kista, polip atau mioma
4. Adanya infeksi rongga panggul
5. Kelainan kekentalan darah.
(mer/vit)











































