Aneurisme adalah sebuah kondisi kelainan bawaan pada bentuk pembuluh darah. Menurut data yang dikeluarkan oleh Society of NeuroInterventional Surgery (SNIS), jumlah pengidap aneurisme di Amerika Serikat sebanyak 6 persen dari total populasi, di mana ditemukan 30 ribu kasus yang terjadi di setiap tahunnya.
Apa yang menjadi pemicu terjadinya aneurisme? Menurut dr Diatri Nari Lastri, SpS(K), dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), orang yang mengidap aneurisme memiliki kelainan pembuluh darah sejak kecil, di mana semakin bertambahnya usia orang tersebut, maka pembuluh darah akan semakin besar kelainannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak mudah untuk mengetahui apakah orang mengidap aneurisme dalam pandangan orang awam. Lantas, apa yang menjadi gejala aneurisme ini?
"Gejalanya mirip epilepsi, yaitu kejang-kejang, sakit kepala, migrain, dan kalau sudah cukup besar sampai menekan otak ya bisa menyebabkan kelumpuhan di anggota badan kanan atau kiri, atau kalau di mata ada kelainan. Tergantung lokasi pembuluh darah," ungkap dr Diatri.
Statistik SNIS menunjukkan bahwa aneurisme lebih banyak ditemukan pada kaum wanita dibanding kaum pria, dengan perbandingan 3:2. Bagaimana penanganan aneurisme ini dapat dilakukan? Apakah memerlukan penanganan seperti operasi?
dr Andreas Harry, SpS(K) mengungkapkan bahwa tidak semua penanganan dilakukan melalui operasi. "Ketika pembuluh darah pecah, tidak semuanya harus dioperasi, karena tidak semuanya fatal. Harus dilihat dulu ukuran tertentu. Ada syaratnya," tutur dokter yang praktik di RS Gading Pluit ini.
Karena merupakan kelainan bawaan, adakah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah aneurisme? "Pencegahannya ya jangan sampai melembung, jangan naik tekanan darahnya, pola hidupnya dijaga. Namun hal tersebut pun tidak mengurangi 100 persen karena kan bawaan," tandas dr Andreas.
(vit/vit)











































