"Tren wanita melakukan papsmear atau IVA di Indonesia sekarang ini masih sangat rendah. Terutama di daerah. Secara umum angka cakupan Indonesia dalam hal skrining kanker serviks dengan cara IVA maupun papsmear lebih rendah dibanding negara-negara tetangganya," ungkap dr Hari Nugroho, SpOG, dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, kepada detikHealth dan ditulis pada Rabu (18/6/2014).
Ya, sebagian besar wanita masih enggan untuk melakukan papsmear, bahkan papsmear kerap dianggap tak penting. Padahal papsmear sangat penting dan sebaiknya dilakukan oleh wanita secara rutin, khususnya pada wanita yang sudah menikah atau sudah aktif secara aktivitas seksual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, masa transisi antara sel normal menuju kanker inilah yang disebut lesi pra kanker dan sudah dapat dideteksi dengan papsmear maupun IVA. Jika ditemukan sedini mungkin, maka kemungkinan kanker serviks untuk bisa sembuh lebih besar.
"Ya, penanganan pada lesi pra kanker mempunyai angka kesembuhan sangat tinggi, tidak seperti apabila sudah menjadi kanker serviks," pungkas dr Hari.
Sementara itu, menurut dr Ari Kusuma J, SpOG, pemeriksaan papsmear kini sudah semakin luas, bahkan sampai Puskesmas. "Jangan tunda, papsmear bermanfaat untuk mengenali secara dini kemungkinan adanya tanda kanker serviks atau kanker leher rahim," pesan dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Bhakti Yudha Depok tersebut.
Bagi Anda para wanita yang sudah menikah, sudahkah Anda melakukan pemeriksaan papsmear rutin tahun ini?
(ajg/up)











































