Bekam menjadi salah satu alternatif pengobatan yang digemari masyarakat. Dipercaya ampuh mengeluarkan darah kotor, bekam menjadi andalan beberapa orang untuk mengatasi penyakit seperti darah tinggi dan masuk angin.
Meskipun, tak sedikit pula orang yang enggan dibekam karena takut kesakitan. Sebab, usai beberapa area tubuh disedot menggunakan kop, kulit akan disayat untuk mengelurakan darah kotor.
Nah, dikatakan Nurhayati Abbas, konsultan dan terapis di Rumah Sehat Herba, Bekasi, bekam menjadi salah satu alternatif terapi favorit masyarakat karena proses pengobatan konvensional hanya berupa konsultasi dan diberi obat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, pelanggan yang datang untuk terapi bekam adalah pasien hipertensi, kolesterol, darah tinggi, pegal-pegal, dan asam urat. Dikatakan Eko, salah satu terapis bekam dan penjual obat herbal, biasanya pelanggan mengaku tubuhnya enteng sudah dibekam.
Hal ini pun berlaku bagi Waode Iis Evianti (34) yang sudah 2 tahun rutin mejalani bekam. " Pasti ya, habis dibekam itu badan rasanya ringan dan enteng. Pusing dan pegal hilang jadi gampang tidur," ungkapnya.
Lain lagi bagi Nawawi (51), pelanggan terapi bekam yang lain. Ia mengaku sering masuk angin sampai kepala pusing dan pundak terasa berat. Usai dibekam, Nawawi merasa pundaknya terasa ringan dan pusing pun berkurang.
Tapi jangan salah, melakukan bekam sembarangan bisa berakibat fatal lho. Maka dari itu, perlu disimak bagaimanakah prosedur bekam yang tepat. Lantas, bagaimana pula terapi bekam jika ditilik dari sisi medis? Nah, simak paparannya di ulasan khas detikHealth edisi kali ini.
Selamat membaca!
(rdn/up)











































