"Kalau diayun-ayun di ayunan khusus bayi, semua tubuhnya goyang. Jadi nggak apa-apa juga kalau di ayunan bayi," terang dr Marissa TS Pudjiadi, SpA dari RS Premier Jatinegara kepada detikHealth, dan ditulis Rabu (24/9/2014).
Namun pendapat berbeda dikemukakan dr Meta Hanindita dari RSUD Dr Soetomo Surabaya. Menurutnya, goyangan atau guncangan sama resikonya dapat menyebabkan SBS, apalagi saat orang tua sedang panik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibu satu anak yang tengah mengambil pendidikan dokter anak di FK Unair/Dr Soetomo Surabaya mengatakan risiko shaken baby syndrome lebih rentan dialami bayi berumur kurang dari satu tahun, terutama pada usia 2-4 bulan
Hal ini karena bayi pada rentang usia tersebut cenderung lebih sering dan lebih lama menangis dibanding anak usia lain.
"Selain itu, bayi di bawah 1 tahun masih mempunyai otot leher yang lemah yang belum sempurna menyangga kepala, dan pembuluh darah otaknya masih sangat rentan," paparnya.
dr Marissa menambahkan pada anak usia satu tahun risiko shaken baby syndrome sudah lebih berkurang dikarenakan kontrol tubuh mereka sudah lebih bagus. Berbeda dengan bayi yang belum bisa mempertahankan kepalanya sendiri.
"Tapi SBS pada anak usia di atas 1 tahun juga bisa saja terjadi, karena tabrakan misalnya. Atau dorongan yang terjadi di kepala sangat kuat ke arah depan," jelasnya.
(lil/vta)











































