"Sebaiknya dibeli yang sudah ada izin FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat. Izin jual juga harus ada rekomendasi dari Kementerian Kesehatan RI," tandas dr Andri Wanananda, MS kepada detikHealth dan ditulis Rabu, (3/12/2014).
Akan tetapi untuk bentuk maupun ukuran sex toys yang ideal, pengamat kesehatan seksual dari Universitas Tarumanegara tersebut menyerahkan pilihan sepenuhnya kepada masing-masing individu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada juga diungkapkan Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS dari Universitas Udayana. Menurutnya, ketika memilih sex toys yang perlu disesuaikan hanyalah tingkat kenyamanan. Bila orang yang bersangkutan nyaman dengan bentuk maupun ukuran sex toys yang akan ia beli, maka sex toys itulah yang cocok untuknya.
"Kecuali (tidak ada izin), jangan dipakai," imbuhnya ketika dihubungi secara terpisah.
Hanya saja, dokter menyarankan agar sex toys digunakan dalam batas wajar saja, artinya hanya sebagai variasi. Bila sex toys digunakan secara berlebihan, atau fantasi seksual yang dimiliki individu ketika memakai sex toys menjadi obsesi tersendiri, maka tidak menutup kemungkinan ini bisa mengganggu kehidupan seksual yang bersangkutan.
"Selama tidak obsesif, tidak mengganggu kesehatan. Tapi kalau tidak obsesif ya tidak apa-apa," jelas dr Nugroho Setiawan, SpAnd dari RSUP Fatmawati.
Seperti dikutip dari www.timesofindia.com, salah satu 'efek samping' yang patut diwaspadai ketika menggunakan sex toys adalah kecanduan. Sex toys memang sangat praktis dan Anda bisa memakainya bila sewaktu-waktu hasrat bercinta muncul. Namun ingat, kesenangan ketika memakai sex toys tidak dapat menggantikan, apalagi menggeser posisi suami Anda.
"Karena sex toys hanya menghasilkan kenikmatan fisik belaka. Berbeda bila Anda ML dengan suami, Anda akan memperoleh tiga manfaat: kenikmatan fisik dalam bentuk orgasme, kenikmatan psikis dalam bentuk kasih sayang, serta kebahagiaan memperoleh keturunan kelak," imbuh dr Andri.











































