Macet sudah menjadi 'makanan' sehari-hari warga Jakarta. Apalagi jika hujan deras menyapa, kemacetan di jalan raya sudah seperti 'keharusan'. Kerap kali dianggap biasa, padahal sudah pasti ada kerugian yang muncul akibat kemacetan.
Tahun 2012 kerugian masyarakat mencapai Rp 40 triliun akibat macet. Angka ini hampir setara dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Jakarta. Ignasius Jonan, saat masih menjadi Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, mengatakan kemacetan di Jakarta disebabkan oleh kesalahan tata kota.
Jonan menuturkan beberapa ruas jalan di Jakarta selalu menjadi langganan kemacetan, contoh saja bundaran Semanggi. "Kenapa macet di Bundaran Semanggi? Pasti macet kan setiap hari. Itu karena ada mal di bawahnya. Jadi bagaimana nggak macet," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa waktu lalu, pengusaha transportasi di pelabuhan berkeluh-kesah soal macetnya lalu lintas akses Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Macetnya lalu lintas di Pelabuhan Priok menyebabkan para pengusaha transportasi pelabuhan merugi Rp 9 miliar/hari.
Dengan demikian, jelas sudah bahwa kemacetan berdampak pada kerugian uang. Akibat terlalu lama di jalanan, sudah pasti banyak waktu yang terbuang. Padahal di waktu yang terbuang itu, seharusnya seseorang bisa berkarya.
Tak cuma masalah uang dan waktu, macet pun memberikan ancaman pada kesehatan. Berdasarkan studi, sebanyak 57,8 persen warga Jakarta mengalami sakit yang berhubungan dengan pencemaran udara, seperti gangguan pernapasan. Akibatnya mereka harus merogoh puluhan triliun per tahun untuk berobat. Penyebab penyakit itu karena polusi udara di Jakarta akibat populasi kendaraan bermotor yang tinggi dan faktor emisi kendaraan bermotor yang beredar.
Deputi II bidang Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Karliansyah menuturkan berdasarkan studi yang dilakukan United Nation of Enviromental Porgram dengan Kementerian Lingkungan Hidup, didapat kualitas udara di Jakarta sangat buruk, apalagi dalam kondisi macet. "Kemudian diketahui pada tahun 2010 itu 57,8% warga Jakarta menderita menyakit yang berhubungan dengan pencemaran udara. Seperti asma, paru-paru, dan lainnya," kata ‎Karliansyah.
"Mereka menghabiskan uang Rp 38,5 triliun untuk berobat," imbuhnya.
Nah, pembaca detikHealth, pada Rabu (24/12/2014) kali ini kami menghadirkan ulasan khas dengan judul besar 'Macet dan Ancaman pada Kesehatan'. Akan dibahas penyakit dan keluhan kesehatan yang bisa menjadi ancaman di balik kemacetan lalu lintas dan cara-cara untuk mencegahnya.
Selamat membaca!
(vit/ajg)











































