Meskipun tak semuanya, kebanyakan wanita akan mengalami berbagai gejala Premenstrual Syndrome (PMS) atau sindrom pra-menstruasi. Namun tak sedikit pula yang merasa akan aman dari kondisi-kondisi tersebut kelak pasca melahirkan. Apa kata dokter?
dr Sita Ayu Arumi, SpOG, dari RSU Bunda Menteng Jakarta, menyebutkan bahwa pernyataan wanita aman dari gejala PMS setelah melahirkan tidak benar. Menurutnya, tidak ada perbedaan dan kondisi yang muncul sama saja.
Pernyataan serupa juga muncul dari dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RSUD Dr Soetomo/FK Universitas Airlangga Surabaya, dr Hari Nugroho, SpOG. Ia berpendapat tidak ada perbedaan juga pada wanita dalam mengalami gejala PMS, terutama pada wanita pasca melahirkan.
"Belum pernah baca penelitiannya. Respons perubahan derajat PMS pasca melahirkan dilaporkan berbeda-beda. Ada yang merasa makin berat, ada juga yang merasa menghilang. Efek kehamilan sendiri belum jelas apakah memperberat atau meringankan PMS," tuturnya kepada detikHealth dan ditulis pada Rabu (11/2/2015).
Sebagian wanita mengaku masih mengalami gejala PMS pasca melahirkan, sebagian lagi justru tidak pernah lagi mengalaminya. Bukan karena adanya perbedaan hormon, kondisi ini disebutkan terjadi bergantung pada usia si wanita tersebut.
"Pada usia 20-35 tahun di mana tergolong usia reproduksi wanita masih bisa mengalami PMS. Karena PMS ini kan hubungannya dengan siklus menstruasi, jadi setiap wanita usia 20-35 tahun yang masih tergolong usia reproduksi (orang yang mensnya teratur) ini masih bisa mengalami PMS," jelas dr Gde Suardana, SpOG, dari RSAB Harapan Kita.
Baca juga: Nyeri dan Emosi Tak Stabil Saat PMS? Bisa Jadi Kurang Zat Besi
(ajg/vit)