Hal tersebut dibantah oleh Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI) dr Kristiantini Dewi, Sp(A). Berbeda dari anggapan yang ada anak disleksia menurutnya adalah justru individu-individu yang memiliki kecerdasan.
"Hal ini terjadi pada orang dengan tingkat intelgensia yang normal malah pada beberapa kasus pada orang pintar. Contoh seperti Albert Einstein atau Steven Spielberg. Jadi disleksia itu muncul pada orang normal bahkan cerdas tapi mereka memang kesulitan untuk berbahasa," kata dr Kristiantini yang akrab disapa dr Tian kepada detikHealth dan ditulis pada Rabu (28/10/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan oleh dr Tian bahwa disleksia ini lebih jelasnya adalah gangguan atau hambatan dalam proses berbahasa karena ada perbedaan proses berpikir di otak. Pada orang umumnya ketika melihat simbol dan lambang maka ada bagian-bagian spesifik otak kirinya akan bekerja dan mengolah informasi. Sementara itu pada anak disleksia bagian otak yang digunakan berbeda.
"Pada orang disleksia gimana? Mereka menggunakan otak juga sebelah kiri tapi bukan area yang biasa digunakan sehingga tentu untuk menganalisa bahasa dia butuh waktu lebih lama. Sebagian orang disleksia bahkan mengaktifkan juga otak sebelah kanannya untuk memecahkan simbol atau lambang," papar dr Tian.
Mengutip penelitian-penelitian sebelumnya, dr Tian mengatakan disleksia hampir sebagian besar dikarenakan keturunan. Sekitar 70 persen disleksia berhubungan dengan genetik seseorang sementara 30 persen sisanya masih belum diketahui.
Nah pembaca setia detikHealth, karena disleksia ini bisa memengaruhi siapa saja yuk cari tahu tentang serba-serbinya. Lewat artikel-artikel berikutnya kita akan membahas lebih dalam!
Baca juga: Desainer Grafis Temukan Huruf Baru untuk Penderita Disleksia (fds/up)











































