dr Damayanti Soetjipto SpTHT-KL(K), Ketua Komisi Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komnas PGPKT), ketulian karena bising benar-benar bisa terjadi. Ketulian muncul karena pajanan suara bising dengan desibel lebih dari 80 secara terus-menerus.
"Misalnya karena penggunaan headset atau earphone untuk dengarkan musik, tapi terbawa tidur dengan volume yang kencang. Lama-lama nanti rambut-rambut halus yang ada di dalam telinga bisa rontok sehingga tidak bisa menghantarkan bunyi dan suara sama sekali. Nah ini yang disebut ketulian karena bising," tutur dr Dama kepada wartawan, baru-baru ini.
Baca juga: 5 Penyebab Seseorang Mengalami Ketulian dan Gangguan Pendengaran
Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher Indonesia (Perhati-KL), dr Soekirman Soekin, SpTHT-KL. Ketulian karena bising dikategorikan sebagai gangguan pendengaran sensorineural karena yang rusak adalah bagian dalam telinga, yakni sel rambut dan koklea.
Dijelaskan dr Soekirman, ketulian akibat bising biasanya terjadi secara bertahap dan berangsur-angsur. Akibatnya, sebagian besar pasien tidak menyadari kemampuan mendengarnya berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya hilang sama sekali karena tidak ditangani.
"Kalau tidak ditangani, bisa tuli permanen. Dan biasanya tulinya di kedua telinga. Jika sudah begini, maka harus pakai alat bantu dengar," tutur dr Soekiman.
Bertepatan dengan Hari Pendengaran Sedunia yang jatuh pada 3 Maret besok, detikHealth akan mengulas lebih lengkap soal ketulian yang muncul akibat bising. Simak terus artikelnya ya.
Baca juga: Begini Cara Deteksi Dini Anak Mengalami Gangguan Pendengaran
(mrs/vit)