Director-General of Public Health Policy di South Korea's Ministry of Health and Welfare, Kwon Jun Wook, menyatakan bahwa setidaknya 30 orang telah terinfeksi virus dan 398 lainnya kemungkingan terinfeksi. Total keseluruhan terdapat setidaknya 1.364 pasien yang dikarantina. Pasien pertama yang membawa virus (patient zero) masih hidup tetapi dua lainnya telah meninggal.
"Saya percaya jika virusnya mungkin telah bermutasi secara besar," ucap dr Stephen Morse, ahli penyakit menular di Columbia University Mailman School of Public Health, seperti dikutip dari ABC News pada Kamis (4/6/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Permasalahannya adalah ada banyak tentang epidemiologi dari MERS yang kurang dipahami dan tidak diketahui sama sekali. Asumsikan penyebaran ini seperti kasus yang telah kita lihat, saya tidak berharap kebanyakan dari orang-orang yang dikarantina terinfeksi atau menunjukkan gejala penyakit," ungkap Stephen.
Masyarakat Korea Selatan pun meningkatkan tingkat kewaspadaan mereka setelah mendengar berita penyebaran penyakit tersebut. "MERS sangat berbahaya. Jika saya tidak mengambil langkah pencegahan saya bisa terkena penyakit, jadi saya menggunakan masker untuk pencegahan. Saya pikir pemerintah Korea Selatan harus lebih fokus pada masalah ini dan bertindak proaktif," ucap salah seorang warga, Kim Sung Taek.
Penyebaran penyakit ini diduga berawal dari seseorang yang melakukan perjalanan dari Timur Tengah, ia diyakini sebagai pasien pertama yang membawa virus. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO), seorang pria tua (68) tiba di rumah sakit untuk menjalani pengobatan, tetapi ia awalnya tidak ditempatkan di ruang isolasi karena virus mematikan MERS tidak ditemukan.
Adapun gejala dari virus ini antara lain demam, batuk-batuk, diare, sesak napas, dan penyakit memiliki masa inkubasi antara dua hingga 14 hari. Virus menyebar melalui kontak dekat dengan orang atau hewan yang terinfeksi. Virus pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada 2012 dan kontak dengan unta yang terinfeksi telah dihubungkan sebagai penyebab infeksi di manusia.
Baca juga: Terkait MERS di Korsel, Kemenkes RI Sebut Belum Ada Travel Warning
(ajg/up)











































