Jakarta -
Dengan jumlah korban mencapai 4 meninggal dan 41 positif tertular, rasanya sulit untuk tidak panik menghadapi wabah MERS (Middle East Respiratory Syndrome) di Korea Selatan. Wabah kali ini memang yang terbesar di luar Arab Saudi, tapi mungkin tidak seburuk yang dibayangkan.
MERS atau dikenal dengan istilah flu unta karena bermula dari peternakan unta, disebabkan oleh infeksi virus korona. Virus sejenis yang sama juga pernah memicu wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) di Asia beberapa waktu lalu.
Sejauh ini memang belum ada vaksin untuk menangkal, maupun obat untuk menyembuhkan infeksi MERS. Risiko kematian pun tercatat cukup tinggi, sekitar 30 persen. Bagi yang hendak bepergian ke Korea Selatan dalam waktu dekat, fakta ini mungkin menjadi kekhawatiran tersendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Infografis: Perjalanan MERS-CoV di Korsel, Wabah Terbesar di Luar Arab Saudi
Untungnya, sejumlah pakar kesehatan menyebut kondisi di Korea Selatan tidak seburuk yang dibayangkan. Berikut ini beberapa alasan untuk tidak terlalu panik, dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (6/6/2015).
1. Usia korban dan riwayat sakit
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Pasien indeks atau pasien pertama yang tertular MERS di Korea Selatan, dan akhirnya meninggal, adalah seorang pria berusia 68 tahun. Korban kedua adalah istrinya, perempuan berusia 64 tahun. Dua korban tewas berikutnya masing-masing berusia 76 tahun dan 82 tahun, salah satunya adalah pasien yang sebelumnya dirawat karena riwayat penyakit asma dan pneumonia (radang paru-paru).
Meski tidak semua, infeksi MERS yang mematikan kebanyakan terjadi pada pasien berusia lanjut dan punya riwayat penyakit kronis. Dari 1.000 lebih kasus MERS di seluruh dunia, rata-rata umur pasien adalah 49 tahun dan yang tertua adalah 99 tahun. Jadi jika masih muda dan sehat, maka selama tidak ada riwayat kontak dengan pasien MERS maka risiko untuk tertular tentu lebih kecil.
2. Penularan terjadi di RS
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Dari sekitar 41 kasus yang terkonfirmasi di Korea Selatan, sekitar 30 kasus di antaranya adalah pasien dan tenaga kesehatan di 3 rumah sakit tempat pasien indeks (pasien pertama) dirawat. Sisanya tertular dari pasien yang dipindahkan.
Artinya pada hampir semua kasus, pasien tertular di fasilitas kesehatan, bukan di lingkungan sehari-hari. Bagi pelancong, kewaspadaan memang dibutuhkan dengan tetap menjaga kebersihan, namun tidak perlu khawatir berlebihan jika agendanya hanya jalan-jalan dan berbelanja di sekitar Myeongdeong.
3. Belum ada bukti 'Sustainable Human to Human Transmission'
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Sedikitnya ada 2 kasus di Korea Selatan yang terkonfirmasi sebagai penularan 'third generation' atau generasi ketiga. Artinya pasien tertular bukan dari pasien pertama, tetapi dari pasien lain (disebut generasi kedua) yang sebelumnya tertular oleh pasien pertama. Artinya, penularan dari orang ke orang masih dikategorikan sangat terbatas dan belum dikategorikan sebagai sustainable human to human transmission yang merupakan salah satu kriteria penting terjadinya pandemi.
4. Bisa dihindari
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Kementerian Kesehatan RI telah memberikan pernyataan resmi terkait wabah MERS di Korea Selatan. Selain belum ada travel warning, sejumlah anjuran untuk menghindari MERS juga diberikan bagi masyarakat yang hendak mengunjungi Negeri Gingseng. Salah satunya adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta menghindari kontak dengan orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan. Jika tidak ada keperluan mendesak, disarankan pula untuk menghindari fasilitas kesehatan tempat pasien MERS dirawat.
Baca juga: Mau Pergi ke Korea Selatan? Catat 5 Pesan Kemenkes Biar Tak Tertular MERS
Pasien indeks atau pasien pertama yang tertular MERS di Korea Selatan, dan akhirnya meninggal, adalah seorang pria berusia 68 tahun. Korban kedua adalah istrinya, perempuan berusia 64 tahun. Dua korban tewas berikutnya masing-masing berusia 76 tahun dan 82 tahun, salah satunya adalah pasien yang sebelumnya dirawat karena riwayat penyakit asma dan pneumonia (radang paru-paru).
Meski tidak semua, infeksi MERS yang mematikan kebanyakan terjadi pada pasien berusia lanjut dan punya riwayat penyakit kronis. Dari 1.000 lebih kasus MERS di seluruh dunia, rata-rata umur pasien adalah 49 tahun dan yang tertua adalah 99 tahun. Jadi jika masih muda dan sehat, maka selama tidak ada riwayat kontak dengan pasien MERS maka risiko untuk tertular tentu lebih kecil.
Dari sekitar 41 kasus yang terkonfirmasi di Korea Selatan, sekitar 30 kasus di antaranya adalah pasien dan tenaga kesehatan di 3 rumah sakit tempat pasien indeks (pasien pertama) dirawat. Sisanya tertular dari pasien yang dipindahkan.
Artinya pada hampir semua kasus, pasien tertular di fasilitas kesehatan, bukan di lingkungan sehari-hari. Bagi pelancong, kewaspadaan memang dibutuhkan dengan tetap menjaga kebersihan, namun tidak perlu khawatir berlebihan jika agendanya hanya jalan-jalan dan berbelanja di sekitar Myeongdeong.
Sedikitnya ada 2 kasus di Korea Selatan yang terkonfirmasi sebagai penularan 'third generation' atau generasi ketiga. Artinya pasien tertular bukan dari pasien pertama, tetapi dari pasien lain (disebut generasi kedua) yang sebelumnya tertular oleh pasien pertama. Artinya, penularan dari orang ke orang masih dikategorikan sangat terbatas dan belum dikategorikan sebagai sustainable human to human transmission yang merupakan salah satu kriteria penting terjadinya pandemi.
Kementerian Kesehatan RI telah memberikan pernyataan resmi terkait wabah MERS di Korea Selatan. Selain belum ada travel warning, sejumlah anjuran untuk menghindari MERS juga diberikan bagi masyarakat yang hendak mengunjungi Negeri Gingseng. Salah satunya adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta menghindari kontak dengan orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan. Jika tidak ada keperluan mendesak, disarankan pula untuk menghindari fasilitas kesehatan tempat pasien MERS dirawat.
Baca juga: Mau Pergi ke Korea Selatan? Catat 5 Pesan Kemenkes Biar Tak Tertular MERS
(up/up)