Seperti disampaikan oleh Ronald Rosenberg, ScD, peneliti dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) USA, bahwa perkembangan epidemiologi virus Zika secara global tengah meningkat, namun informasi terkait virus Zika masih sangat kurang.
"Ada beberapa hal yang masih belum diketahui dan perlu kita tahu untuk mencegah penyebaran Zika, seperti faktor risikonya, cara diagnosis, serta bagaimana sebenarnya penularan virus ini," ujar Rosenberg dalam seminar 'Global Threat of Zika Virus' di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta Pusat, Rabu (24/2/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rosenberg, untuk menemukan cara mencegah persebaran Zika, informasi-informasi tersebut harus terlebih dahulu ditemukan.
"Kita harus bersiap-siap menghadapi krisis Zika, tapi apa yang bisa dilakukan? Belum pasti. Satu hal yang penting, Zika bisa datang dari mana saja. Bahkan dari kebun belakang rumah kita, jadi kita harus waspada," imbuh Rosenberg.
Pria yang merupakan Associate Director Global Health dari National Center for Emerging and Zoonotic Diseases CDC tersebut juga mengatakan informasi yang ada saat ini pun masih simpang siur.
Termasuk di antaranya bahwa virus Zika berkaitan dengan kasus mikrosefali dan dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Ia mengakui minimnya informasi dan penelitian menjadi penyebab 'perang' terhadap Zika masih belum bisa dicanangkan.
"Bahkan informasi bahwa virus ini disebarkan oleh monyet, nyamuk atau mungkin ada binatang lain pun masih belum bisa dikonfirmasi," imbuhnya.
Ia berharap ke depannya penelitian tentang virus Zika bisa banyak dikembangkan agar persebarannya, termasuk di Indonesia dan negara-negara lain, bisa diminimalkan.
Baca juga: Dugaan Larvasida Picu Mikrosefali Dinilai Lemah, Zika Masih 'Tersangka' (ajg/up)











































