Tanda-Tanda Serangan Jantung, Penyakit yang Dialami Erik Eks Pemain PSIS

Tanda-Tanda Serangan Jantung, Penyakit yang Dialami Erik Eks Pemain PSIS

Rosmha Widiyani - detikHealth
Sabtu, 26 Jan 2019 17:01 WIB
Tanda-Tanda Serangan Jantung, Penyakit yang Dialami Erik Eks Pemain PSIS
Ilustrasi pengukuran detak jantung. Foto: Getty Images
Jakarta - PSIS Semarang mengumumkan meninggalnya atlet muda Erik Dwi Ermawansyah pada Jumat (25/01/2019) lewat media sosial. Erik dikabarkan meninggal setelah mengalami serangan jantung di usia 22 tahun.

Dikutip dari Mayo Clinic, kematian tiba-tiba pada usia muda sebetulnya adalah hal yang asing. Sebarannya diperkirakan hanya 1 dari 50 ribu kasus tiap tahun. Serangan jantung biasanya menjadi sebab utama pada kematian dengan usia kurang dari 35 tahun.

Serangan jantung pada usia muda yang berakhir kematian tiba-tiba, berbeda dengan gangguan serupa pada lansia. Penyakit jantung pada lansia biasanya diawali gangguan pada pembuluh darah. Pada usia muda, gangguan diakibatkan abnormalitas jantung yang tidak terdeteksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kematian tiba-tiba kerap dikatakan tak menunjukkan gejala atau tanda khusus. Namun sebetulnya ada tanda-tanda yang wajib diwaspadai, karena biasanya terjadi berulang. Berikut penjelasannya.

Pingsan tanpa sebab

Foto: Thinkstock
Kondisi ini kerap disebut sebagai syncope. Pingsan tanpa sebab yang terjadi di sela aktivitas fisik, bisa menandai adanya masalah pada jantung. Pingsan tanpa sebab biasanya terjadi beberapa kali.

Nafas pendek

Foto: ilustrasi/thinkstock

Nafas pendek dan sakit dada bisa mengindikasikan risiko mengalami kematian tiba-tiba akibat serangan jantung. Kondisi lain yang ditandai dengan nafas pendek pada usia muda adalah masalah pernapasan, misal asma.

Adanya sejarah keluarga

Foto: thinkstock

Sejarah keluarga menentukan peluang seseorang mengalami kematian tiba-tiba. Hal ini menjadi risiko utama karena berisiko terulang. Bila memiliki sejarah kematian tiba-tiba, sebaiknya bicarakan dengan pelatih atau dokter terkait untuk melanjutkan kegiatan olahraga.

Kendala beraktivitas

Foto: Thinkstock
Seseorang dengan peluang Sudden Cardiac Arrest (SCA) bukannya tidak bisa beraktivitas sama sekali. Mereka masih bisa olahraga atau melakukan aktivitas fisik lain, dengan pantauan dokter atau pelatih.

Opsi yang biasa dipilih adalah pemasangan cardioverter-defibrillator (ICD), yang memonitor irama jantung. ICD akan mengirim arus litrik jika terjadi gangguan irama jantung yang membahayakan nyawa.

Halaman 2 dari 5
Kondisi ini kerap disebut sebagai syncope. Pingsan tanpa sebab yang terjadi di sela aktivitas fisik, bisa menandai adanya masalah pada jantung. Pingsan tanpa sebab biasanya terjadi beberapa kali.

Nafas pendek dan sakit dada bisa mengindikasikan risiko mengalami kematian tiba-tiba akibat serangan jantung. Kondisi lain yang ditandai dengan nafas pendek pada usia muda adalah masalah pernapasan, misal asma.

Sejarah keluarga menentukan peluang seseorang mengalami kematian tiba-tiba. Hal ini menjadi risiko utama karena berisiko terulang. Bila memiliki sejarah kematian tiba-tiba, sebaiknya bicarakan dengan pelatih atau dokter terkait untuk melanjutkan kegiatan olahraga.

Seseorang dengan peluang Sudden Cardiac Arrest (SCA) bukannya tidak bisa beraktivitas sama sekali. Mereka masih bisa olahraga atau melakukan aktivitas fisik lain, dengan pantauan dokter atau pelatih.

Opsi yang biasa dipilih adalah pemasangan cardioverter-defibrillator (ICD), yang memonitor irama jantung. ICD akan mengirim arus litrik jika terjadi gangguan irama jantung yang membahayakan nyawa.

(up/up)

Berita Terkait