Ditemui detikHealth di Tangerang, keduanya mengaku sempat merasa tertekan saat awal akan melakukan penelitian tersebut. Apalagi penelitian Ahmad dan Mastri melibatkan urine orang lain.
"Pasti ada (rasa jijik), tapi diterusin aja karena kita juga penasaran," ujar Mastri, Sabtu (9/3/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya sempet tertekan juga, btw kita anak pesantren gitu. Pernah ada pada tanya 'apaan tuh anak pesantren mainan air kencing'. Oh tidaaaak," lanjutnya.
Keduanya mengungkap urine anak IPA memiliki pH dan kadar glukosa lebih tinggi dibanding urine anak IPS. Mereka meyakini terkait stres dan tingkat kesulitan mata pelajaran. Foto: Rinto Heksantoro/detikHealth |
Keraguan pun menghampiri keduanya. Namun mereka tidak lantas berhenti begitu saja. Ahmad dan Mastri kemudian mendatangi guru agamanya untuk berkonsultasi, dan akhirnya mereka pun didukung untuk melanjutkan penelitian uniknya itu.
Penelitian pun dilanjutkan, dalam waktu dua hari sedikitnya diambil masing-masing 10 siswa dari jurusan IPA dan 10 siswa dari jurusan IPS sebagai sampel. Penelitian lu dilanjutkan hingga mereka mendapatkan kesimpulan bahwa pH dan kandungan glukosa di urine anak IPA lebih tinggi daripada anak IPS.
"Itu menandakan kalau siswa IPA itu pola makannya kadang lebih nggak teratur atau mungkin bisa juga karena tekanan psikologis karena stres gitu," tutur Mastri.












































Keduanya mengungkap urine anak IPA memiliki pH dan kadar glukosa lebih tinggi dibanding urine anak IPS. Mereka meyakini terkait stres dan tingkat kesulitan mata pelajaran. Foto: Rinto Heksantoro/detikHealth