Namun kerap kali, kebaikan tersebut disalahgunakan oleh pihak yang memang hanya ingin meraup keuntungan dengan membawa embel-embel berita kesedihan. Seperti cerita viral yang dibagikan oleh akun Twitter yang mengisahkan dirinya 'tertipu' lantaran berbuat baik kepada ojek online beberapa waktu lalu.
Kala itu, pengguna ojol dengan user @yuk****fn menceritakan ia mendapat driver berperawakan pria paruh baya yang sepanjang jalan menangis karena istrinya kena kanker rahim namun belum memiliki biaya untuk berobat. Karena iba, ia kemudian memberi sejumlah uang dengan maksud membantu driver tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sekian banyak cerita sedih dan mengharukan, tentu saja banyak yang memang sunguh-sungguh perlu dibantu. Tetapi namanya juga kejahatan, selalu saja ada yang memanfaatkan belas kasihan orang lain untuk mendapat keuntungan.
Kalau memang ragu, jangan menunjukkan ketertarikan.Veronica Adesla - Psikolog Klinis |
Menurut pandangan psikolog klinis dari Personal Growth, Veronica Adesla, MPsi, sangat memungkinkan seseorang menipu dengan memanfaatkan simpati orang lain untuk mendapatkan hal yang mereka inginkan. Bukan tak mungkin ada oknum yang hanya mengandalkan iba untuk meraup keuntungan, baik moril maupun materiil.
"Ketika orang bersimpati ataupun iba, hati mereka tersentuh atau tergerak untuk membantu orang yang membuat iba tersebut, seperti bersedia memberikan uang, atau membeli, atau ikut vote, dan sebagainya," ujar Vero saat dihubungi detikcom, Kamis (12/9/2019).
Tidak usah terlalu ditanggapi percakapannya, dalam artian tidak perlu ditanya lebih jauh cukup dengan menaggapi secukupnya, seperti mengatakan 'oh...'Veronica Adesla - Psikolog Klinis |
Lalu, bagaimana kita harus bersikap saat mendengarkan cerita sedih, khususnya dari orang yang tidak dikenal? "Kalau memang ragu, jangan menunjukkan ketertarikan," paparnya.
Makin tertarik, makin gencar orang tersebut untuk menarik hati kita dengan memberi sentuhan dramatis akan kisahnya. Meski tak semua orang berperangai demikian, ada baiknya untuk mengambil jarak untuk menghindari kemungkinan buruk yang akan terjadi.
"Tidak usah terlalu ditanggapi percakapannya, dalam artian tidak perlu ditanya lebih jauh cukup dengan menaggapi secukupnya, seperti mengatakan 'oh...'," pungkas Vero.
(kna/up)











































