Namun Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, dr Widji Lestariono, membantah adanya kaitan praktik mistis dengan jumlah ODGJ di Banyuwangi.
dr Rio, sapaannya, bercerita Banyuwangi dulu memang dikenal sebagai kota Santet, tapi banyak yang salah paham. Santet merupakan suatu praktik yang dipakai untuk menarik minat lawan jenis, sayangnya seiring waktu disalahgunakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut data Dinkes Banyuwangi, sampai tahun 2016 tercatat adanya 113 kasus pemasungan pada ODGJ yang dilaporkan dan ditemukan. Dengan inovasi yang dilakukan di seluruh puskesmas terkait dengan kesehatan jiwa, pada November 2017 kasus pemasungan ini telah diselesaikan dan dilakukan pelepasan.
Para ODGJ kemudian diberikan pengobatan dan pembinaan, lalu diberdayakan dengan beberapa pekerjaan. Beberapa sudah berkembang dengan baik, akan tetapi ada satu kasus ODGJ yang menjadi catatan.
"Ada ODGJ yang diberdayakan menjadi tukang parkir di puskesmas. Sudah berkembang, sayang di akhir cerita ia ditemukan meninggal di dalam sumur karena mengejar ayamnya yang tercebur sumur. Pesan yang diambil adalah ODGJ ini harus tetap mendapatkan pemantauan karena kondisi kejiwaannya akan terus dalam kondisi yang tidak stabil. Bukan hanya ODGJ-nya yang diobati, tapi adanya back up dari lingkungan dan orang-orang sekitar itu penting," lanjut dr Rio.
Kini dengan usaha dan kerja keras Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang dulu dikenal dengan kota santet bermetamorfosis menjadi kota internet. Disebutkan tahun 2014 Banyuwangi dinobatkan sebagai The Best Digital Society Award.
"Untuk memberantas klenik atau mistis ini ialah dengan teknologi. Sosialisasi ke warga pun juga diterima dengan baik (soal gangguan jiwa). Saya pribadi mengikuti setiap kasus pelepasan. Mekanisme atau proses pelepasan ini kami ikut tiap-tiap kasus dengan seksama," tandasnya.
(frp/fds)











































