Rusia Klaim 20 Negara Sudah Pesan 1 Miliar Dosis Vaksin Corona 'Sputnik V'

Rusia Klaim 20 Negara Sudah Pesan 1 Miliar Dosis Vaksin Corona 'Sputnik V'

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Rabu, 12 Agu 2020 13:47 WIB
Rusia Klaim 20 Negara Sudah Pesan 1 Miliar Dosis Vaksin Corona Sputnik V
Vaksin Corona Sputnik V buatan Rusia. (Foto: AP/Alexander Zemlianichenko Jr)
Jakarta -

Rusia menyebut telah menerima permintaan awal untuk 1 miliar dosis vaksin COVID-19. Kirill Dmitriyev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) yang mendanai proyek vaksin, mengatakan bahwa Rusia telah menerima permintaan untuk produksi satu miliar dosis vaksin COVID-19 Sputnik V dari 20 negara.

Sementara beberapa negara Amerika Latin, Timur Tengah dan Asia telah menyatakan minatnya untuk membeli vaksin Rusia, beberapa kontrak negara lain telah diselesaikan.

"Kami telah menerima permintaan awal untuk pembelian lebih dari 1 miliar dosis vaksin dari 20 negara bagian," ujar Dmitriyev dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring dikutip dari NDTV, Rabu (12/8/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami siap memastikan produksi lebih dari 500 juta dosis vaksin bersama dengan mitra asing kami di lima negara, dan kami berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi kami," sambungnya.

Dmitriyev membenarkan bahwa RDIF telah setuju untuk mengadakan uji klinis tahap ketiga vaksin COVID-19 di luar negeri dengan Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Brasil, dan negara bagian lain.

ADVERTISEMENT

Hanya saja kebijakan vaksinasi COVID-19 di Rusia banyak dikritik oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Sebab diketahui negara tersebut baru melakukan dua uji coba vaksin, dengan yang ketiga direncanakan setelah sukarelawan mendaftar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga belum menerima informasi yang cukup tentang bagaimana Rusia mengembangkan vaksin untuk mengevaluasinya.




(kna/up)
Vaksin Corona Rusia
13 Konten
Rusia menyetujui vaksin Corona pertama di dunia, Sputnik V. Menggembirakan karena membawa harapan baru, tetapi juga kontroversial karena dinilai tidak melalui uji klinis yang lengkap.

Berita Terkait