Rusia menjadi negara pertama di dunia yang secara resmi mendaftarkan vaksin virus Corona. Kementerian Kesehatan Rusia telah menyetujui vaksin yang diberi nama 'Sputnik V' ini untuk bisa digunakan secara umum.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan vaksin tersebut terbukti memberikan kekebalan yang cukup baik terhadap virus Corona.
Meski demikian WHO menyatakan bahwa setiap persetujuan atas kandidat vaksin COVID-19 akan membutuhkan tinjauan data keamanan yang ketat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berhubungan erat dengan otoritas kesehatan Rusia dan diskusi sedang berlangsung sehubungan dengan kemungkinan prakualifikasi vaksin WHO," kata juru bicara badan PBB Tarik Jasarevic di Jenewa.
Berikut sederet fakta vaksin Sputnic V yang jadi vaksin Corona pertama di dunia.
1. Putri Putin ikut divaksin
Salah satu putri Putin disebut telah menerima dua dosis vaksin. Ia menyebut meski ada efek samping ringan seperti demam, putrinya kini dalam kondisi baik. Tidak jelas apakah putrinya merupakan relawan uji klinis atau bukan.
"Sehat dan memiliki jumlah antibodi yang tinggi," kata Putin dikutip dari AP News.
vaksin Sputnik V Foto: AP/Alexander Zemlianichenko Jr |
2. Uji klinis berlangsung singkat
Uji coba manusia tahap I dimulai pada 17 Juni di antara 76 sukarelawan, dengan sebagian besar direkrut dari militer. Menurut laporan berita, uji coba fase-II dimulai pada 13 Juli.
Pada 3 Agustus, media Rusia melaporkan bahwa Institut Gamaleya telah menyelesaikan uji klinis. Namun, laporan tersebut tidak menentukan apakah ketiga tahap uji klinis telah selesai, atau hanya tahap-II yang diselesaikan.
Dari laporan tersebut terlihat bahwa uji klinis vaksin Sputnic V hanya memakan waktu relatif singkat, yakni sekitar 2 bulan. Persetujuan penggunaan vaksin pun diberikan dengan tidak melibatkan uji klinis fase III.
3. Siapa yang pertama diberi vaksin?
Menteri Kesehatan Rusia mengatakan anggota "kelompok risiko" seperti pekerja medis kemungkinan besar akan diberikan vaksin bulan ini dan program vaksinasi massal akan diluncurkan pada bulan Oktober.
Selain itu guru juga akan menjadi kelompok pertama yang divaksinasi.
Penelitian vaksin Sputnik V Foto: AP/Alexander Zemlianichenko Jr |
4. Proses pembuatan vaksin
Vaksin Rusia didasarkan pada DNA adenovirus jenis SARS-CoV-2. Vaksin ini menggunakan virus yang telah dilemahkan untuk mengirimkan sebagian kecil patogen dan menstimulasi respons imun.
Alexander Gintsburg, direktur Pusat Penelitian Nasional Gamaleya, menyatakan bahwa partikel virus Corona dalam vaksin tersebut tidak dapat membahayakan karena tidak dapat berkembang biak.
5. Banyak dikritik
Pengumuman oleh Rusia yang menyatakan mereka akan menyetujui penggunaan vaksin Corona dengan hanya melakukan pengujian selama kurang dari dua bulan memicu kekhawatiran para ahli kesehatan global.
Ilmuwan di seluruh dunia telah memperingatkan bahwa meskipun kandidat vaksin terbukti berhasil, akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengetahui berapa lama perlindungan akan bertahan.
"Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat tidak etis," sebut Francois Balloux, seorang ahli di Institut Genetika Universitas College London.
Vaksin yang tidak diuji dengan benar dapat menyebabkan bahaya dalam banyak hal mulai dari merusak kesehatan hingga menciptakan rasa aman palsu hingga merusak kepercayaan pada vaksinasi.













































