Corona di Pabrik LG Bekasi dan Pentingnya Skrining Menyeluruh

Round Up

Corona di Pabrik LG Bekasi dan Pentingnya Skrining Menyeluruh

Achmad Reyhan Dwianto - detikHealth
Kamis, 27 Agu 2020 04:30 WIB
Corona di Pabrik LG Bekasi dan Pentingnya Skrining Menyeluruh
Virus Corona COVID-19 (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta -

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyebut ada 238 karyawan pabrik LG di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang dinyatakan positif virus Corona COVID-19. Hal ini diketahui setelah salah seorang karyawan meninggal dunia dan diduga karena penyakit tersebut.

"Kemudian dilakukan test and trace oleh Gugus Tugas, hasilnya adalah 238 karyawan positif COVID," kata Agus.

Menyusul temuan tersebut, pabrik LG menutup operasi selama 14 hari untuk menekan penyebaran virus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah karyawan pabrik termasuk pekerjaan yang berisiko terpapar virus Corona?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karyawan pabrik termasuk dalam kategori pekerjaan dengan risiko sedang terkena virus Corona, karena kemungkinan sulit menjaga jarak. Contohnya, pada saat berangkat kerja dengan transportasi umum atau berinteraksi dengan rekan di pabrik.

"Contoh pekerjaan dengan risiko sedang mencakup bidang ritel, jasa pengiriman, akomodasi, konstruksi, polisi dan keamanan, transportasi publik, serta sanitasi," tulis WHO di situs resminya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, pekerjaan berisiko tinggi adalah mereka yang berinteraksi langsung dengan orang yang memiliki COVID-19. Misalnya, perawat dan dokter.

Banyak kasus Corona terdeteksi di pabrik LG Bekasi, pertanda baik?

Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, menjelaskan bahwa banyaknya kasus Corona yang terdeteksi di pabrik LG, yakni 238 orang justru menjadi kabar baik. Ini bisa menandakan proses pelacakan kasus Corona di Indonesia sudah berjalan cukup lancar.

dr Miko berharap, seharusnya Indonesia bisa lebih meningkatkan lagi, jumlah tes Corona dalam setiap harinya, seperti Amerika Serikat dan India. Ia pun mencontohkan dengan tingkat positivity rate yang ada di DKI Jakarta, yakni 10 persen seharusnya bisa lebih banyak orang yang terdeteksi positif COVID-19 jika tesnya semakin diperbanyak.

"Percayalah dengan tingkat positivity rate DKI sekarang 10 persen, yang diperiksa kalau 4.000 saja 400, kalau 8.000 berapa? 800. Jadi di Indonesia juga begitu, sekarang pemeriksaan cuman 20.000-an kalau dinaikin 30.000-an dengan positivity rate yang sama akan ditemukan jumlah yang berbeda," jelasnya.




(up/up)

Berita Terkait