Dugaan bullying di balik kematian dokter junior di Surabaya membuka tabir gelap pendidikan dokter di Indonesia. Tradisi bullying oleh senior rupanya bukan barang langka.
Kepada detikcom, seorang mahasiswa kedokteran gigi berinisial (MK) yang baru menyelesaikan program klinik dan pre klinik di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia menceritakan kasus bullying yang ia temui. Selain mengalami sendiri, ia juga mengaku kerap menemukan fenomena bullying di lingkungannya.
"Misalnya nih cowok-cowok pada futsal, cewek-cewek disuruh nonton semua. Padahal besoknya ada jadwal operasi, harus kerjain laporan kasus baru, kalau nggak dipermasalahin," sebutnya kepada detikcom Jumat (4/9/2020).
Pengalaman bullying juga dialaminya di luar tempat praktik, yakni saat olahraga futsal bersama para senior. MK mengaku hanya karena sebuah kesalahan ia dirundung oleh para senior.
"Tiba-tiba aku neglakuin suatu pelanggaran. Wasit sudah turun tangan, sudah ngasih kartu, tiba-tiba aku dikerubutin tuh sama residen. Abis dikerubutin sama residen, aku dimaki-maki, ditoyor-toyor, di tengah lapangan," kata MK.
Kisah serupa juga dialami mahasiswi F, seorang dokter muda, selama menjalani koas di rumah sakit swasta. Ia mengaku kerap diejek, disebut-sebut 'dokter koas', dan waktu jaga malamnya terus ditambah.
Bahkan hingga aktivitas kebutuhan seperti makan dan mandi dibatasi. Hal ini lumayan membuat ia cukup berat selama menjalani masa koas.
"Kayak disuruh nambah jaga 2x24 jam bener-bener di rumah sakit nggak ke kosan. Mandi segala-galanya dikasih waktu dan capek banget sih," jelas F, salah satu mahasiswa kedokteran swasta di Jakarta.
F mengisahkan, tidak jarang ia harus melakukan tugas berulang kali. Seperti halnya mengukur tensi atau tekanan darah pasien hingga puluhan orang.
"Disuruh tensi seluruh pasien ruangan sekitar ada 60 pasien padahal gue udah tensi nihhh tadi paginya," pungkasnya.
Simak Video "Apakah Rubella Bisa Ditularkan Melalui ASI?"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)