Selain Soal Senioritas, Bullying Dokter Junior Juga Dipengaruhi Almamater

Kisah-kisah bullying yang dialami para mahasiswa kedokteran saat menjalani masa koas maupun residen membuka tabir gelap pendidikan dokter. Selain faktor senioritas, perbedaan almamater seringkali juga melatarbelakangi perilaku bullying.
Bullying tidak selalu berbentuk penganiayaan fisik. Perlakuan berbeda ketika seorang mahasiswa kedokteran praktik di fasilitas kesehatan yang didominasi mahasiswa kedokteran dari almamater lain misalnya, juga dialami oleh Y seorang lulusan kedokteran sebuah universitas swasta di Jakarta.
"Kalau pas gue memang alumni tuh ngaruh banget ya, kaya misalnya gue di rumah sakit yang ketemu sama koas universitas ternama, kaya residennya lebih senang sama anak itu," kata Y saat dihubungi detikcom.
Perlakuan yang berbeda menurutnya terkait stigma bahwa lulusan universitas tertentu lebih diakui kemampuan akademisnya. Perilaku diskriminatif semacam itu akhirnya mengganggu kenyamanan saat belajar.
Namun tidak semua mengalami hal itu. MK, seorang lulusan kedokteran gigi di sebuah universitas mengaku tidak mengalami bullying berdasarkan almamater. Namun ia mengamati perilaku diskriminatif muncul ketika ada mahasiswa lain yang punya kedekatan dengan konsulen maupun profesor.
"Kalau dia ada hubungan keluarga, ponakan, sudah itu mah sakti. Nggak akan kena apapun, malah dia diistimewakan," kata MK.
Simak Video "83 Persen Tenaga Medis di DKI Jakarta Alami Burnout"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)