Vertigo sedang banyak diperbincangkan menyusul kabar meninggalnya rektor Paramadina, Prof Firmanzah. Beberapa sumber menyebut mantan staf khusus presiden era Susilo Bambang Yudhoyono tersebut meninggal karena vertigo.
Benarkah vertigo mematikan?
Dikutip dari Mayo Clinic, vertigo adalah sensasi pusing di kepala seolah sedang berputar-putar. Secara umum, keluhan ini banyak ditemui dalam keseharian dan jarang menyebabkan dampak fatal.
Namun vertigo yang muncul terlalu sering, mendadak, sangat parah, atau tidak sembuh-sembuh, perlu diwaspadai. Bukan vertigonya yang berbahaya, melainkan kondisi lain yang mungkin memicu keluhan tersebut.
"Secara umum vertigo bukan diagnosis penyakit tetapi adalah gejala dari suatu penyakit," kata praktisi kesehatan Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD, kepada wartawan.
Jenis vertigo yang merupakan diagnosis penyakit adalah benign paroxysmal positional vertigo(BPPV), tentu saja ditandai dengan gejala utama vertigo. Penyakit ini dipicu oleh masalah di dalam telinga.
Vertigo juga bisa terjadi karena ada gangguan di otak. Penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa menjadi pemicu, misalnya obat antidepresi, maupun obat penenang atau obat tidur.
Dokter saraf dari RS Medistra Jakarta, dr Rimawati Tedjasukmana, menjelaskan stroke juga bisa menjadi salah satu penyebab vertigo. Sumbatan ataupun pecahnya pembuluh darah otak ketika stroke bisa ditandai dengan jenis vertigo sentral.
"Biasanya vertigo sentral lebih lama (berlangsungnya). Mual atau muntah jarang, tidak tergantung perubahan posisi tubuh. Bisa ada kelainan saraf lain seperti kelemahan lengan, tungkai, baal, kesemutan, dan gangguan keseimbangan," jelas dr Rimawati.
Simak Video "Mengenal Gangguan Vertigo dan Penanganannya"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)