Vaksin Moderna Vs Pfizer, Ini 5 Perbedaan Utamanya

Vaksin Moderna Vs Pfizer, Ini 5 Perbedaan Utamanya

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 20 Agu 2021 15:03 WIB
Vaksin Moderna Vs Pfizer, Ini 5 Perbedaan Utamanya
Ilustrasi vaksin COVID-19. Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indonesia baru saja menerima vaksin COVID-19 Pfizer sebanyak 1.560.780 dosis, Kamis (19/8/2021). Seiring itu, pemerintah juga mulai memberikan vaksin COVID-19 Moderna kepada masyarakat umum sebagai dosis 1 dan 2, dan kepada tenaga kesehatan sebagai booster atau dosis ke-3.

Lantaran sama-sama berbasis mRNA, kedua jenis vaksin COVID-19 ini diyakini memiliki tingkat efikasi paling tinggi melawan virus Corona, termasuk varian Delta yang kini merebak dan diketahui menular lebih cepat.

Keduanya juga sama-sama bisa mencegah gejala berat dan kematian akibat COVID-19. Berikut rangkuman detikcom terkait lima perbandingan utamanya:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Efikasi vaksin

Dalam penerbitan izin penggunaan darurat (EUA), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memaparkan efikasi vaksin Moderna setinggi 86,4 hingga 94, 1 persen.

"Untuk data efikasi berdasarkan data uji klinik fase 3 menunjukkan adanya 94,1 persen pada kelompok usia 18 sampai 65 tahun dan 86,4 persen pada usia di atas 65 tahun," ujar Kepala BPOM, Penny K Lukito dalam kesempatan tersebut, Jumat (2/7/2021).

ADVERTISEMENT

Sedangkan Pfizer, menurut BPOM, memiliki efikasi sebesar 95 hingga 100 persen.

"Efikasi pada usia 16 tahun ke atas adalah 95,5 persen dan pada remaja 12-15 tahun adalah sebesar 100 persen," ujar Penny dalam konferensi pers terkait penerbitan EUA Pfizer, Kamis (15/7/2021).

2. Efek samping

Penny memaparkan, secara umum efek samping Moderna dapat ditoleransi oleh tubuh. Hal ini berdasarkan kajian oleh BPOM bersama tim ahli komite penilai vaksin COVID-19 dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI)

"Secara umum keamanan vaksin dapat ditoleransi, baik reaksi lokal maupun sistemik dengan tingkat keparahan grade satu dan dua. Kejadian paling sering adalah nyeri, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi," kata Penny.

Berikut daftar efek samping yang dikemukakan kajian tersebut:

  • Nyeri di tempat suntikan
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Nyeri sendi

Sejumlah nakes yang telah menerima Moderna sebagai suntikan booster mengaku, efek samping vaksin ini jauh lebih kuat dibanding vaksin Sinovac yang sudah mereka terima sebagai dosis 1 dan 2.

Misalnya, Galuh Prafita, seorang nakes asal Surabaya, Jawa Timur. Ia menjabarkan, 30 menit pertama setelah disuntik Moderna, badannya sempat lemas. 3 jam kemudian, kaki kram disertai badan menggigil. 8 jam setelahnya, pusing seperti vertigo disertai rasa mual. 10 jam kemudian, tangan bekas injeksi terasa kaku dan ngilu.

2 hari setelah disuntik, tubuhnya sudah kembali fit dan ia bisa kembali beraktivitas.

Sedangkan pada Pfizer, Penny memaparkan, efek sampingnya cenderung ringan. Efek samping tersebut mencakup:

  • Nyeri pada tempat suntikan
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Nyeri sendi
  • Demam

3. Berapa lama intervalnya?

Berdasarkan surat edaran perihal 'Alokasi Distribusi Vaksin COVID-19 Moderna COVAX Facility M2 Agustus 2021 yang diteken Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Maxi Rein Rondonuwo, 2 dosis Moderna diberikan dengan rentang waktu 4 minggu.

"Vaksin COVID-19 Moderna diberikan sebanyak 2 (dua) dosis dengan interval 4 minggu sehingga vaksin yang dialokasikan pada minggu ke 2 Agustus 2021 ini untuk memenuhi kebutuhan 2 (dua) dosis sekaligus," demikian keterangan surat tersebut, dikutip Kamis (12/8/2021).

Sedangkan Pfizer, Penny memaparkan, memiliki interval dosis 1 dan 2 selama 3 minggu.

"Jadi ini bisa diberikan kepada remaja usia di atas 12 tahun ke atas diberikan secara injeksi intramuskular dosis 0,3 ml, dengan dua kali penyuntikan dalam rentang waktu tiga minggu," ujar Penny, Kamis (15/7).

4. Bisakah digunakan untuk pengidap komorbid atau ibu hamil?

Salah satu keunggulan vaksin Moderna yakni aman diberikan pada pengidap penyakit komorbid. Misalnya, orang dengan penyakit paru kronis hingga diabetes.

"Bisa diberikan pada populasi dengan komorbid berdasarkan hasil uji klinis fase 3 yaitu individu dengan penyakit paru kronis, jantung, obesitas berat, diabetes, penyakit liver hati, dan HIV," jelas Penny.

Sedangkan Pfizer, sebagaimana paparan BPOM, dapat diberikan untuk anak-anak berusia mulai 12 tahun ke atas.

Kedua vaksin ini juga diberikan kepada ibu hamil. Berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan terkait vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil, vaksin yang digunakan hanyalah Moderna, Pfizer, dan Sinovac.

5. Ampuh lawan varian Delta

Sebuah riset di Amerika Serikat menunjukkan, Moderna efektif melawan varian Delta atau B1617.2 asal India setidaknya, hingga 6 bulan setelah suntikan dosis kedua. Bahkan, berpotensi lebih lama dari waktu tersebut.

"Antibodi pengikat tingkat tinggi mengenali semua varian yang diuji, termasuk B1351 (Beta) dan B1617.2 (Delta) berhasil dipertahankan pada semua subjek selama periode waktu ini," ujar ahli imunologi Nicole Doria-Rose dan tim di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIH) melalui laporan penelitiannya, dikutip dari CNN.

Sebuah studi lainnya menunjukkan, vaksin Pfizer efektif melawan varian Delta atau B1617.2 asal India setelah suntikan dosis kedua. Disebutkan, 2 dosis Pfizer memiliki efektivitas setinggi 96 persen dalam mencegah rawat inap akibat varian Delta.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Bantahan Kemenkes soal Narasi Mpox Efek Samping Vaksin Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)

Berita Terkait