Pasien COVID-19 Komorbid Berisiko Alami Badai Sitokin? Ini Penjelasan Dokter

ADVERTISEMENT

Pasien COVID-19 Komorbid Berisiko Alami Badai Sitokin? Ini Penjelasan Dokter

Vidya Pinandhita - detikHealth
Minggu, 29 Agu 2021 18:00 WIB
Corona Viruses against Dark Background
Foto: Getty Images/loops7
Jakarta -

Badai sitokin bisa dialami oleh pasien COVID-19. Namun selalu demikian, usia disebut menjadi faktor utama pemicu risiko badai sitokin. Bagaimana dengan riwayat komorbid? Apakah pasien COVID-19 dengan riwayat penyakit berat semakin berisiko mengalami badai sitokin?

"Terus terang kita tidak bisa tahu betul sampai sekarang. Kita tidak punya alat untuk memprediksi kira-kira orang mana yang cenderung badai sitokin atau tidak. Tapi kita harus akui bahwa tampaknya umur menjadi salah satu dari sekian banyak tanda awal," ujar spesialis penyakit dalam, dr Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD-KP dalam YouTube Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jumat (27/8/2021).

"Semakin dewasa orang semakin ada kans untuk kena badai sitokin. Kemudian banyak yang terjadi itu pada usia 55 tahun sampai 65 tahun, bahkan lebih tinggi. Maka itu kita bisa selalu antisipasi pada pasien usia lanjut. Semakin lanjut usia, ini risiko untuk terjadi badai sitokin semakin besar," lanjutnya.

5 persen pasien COVID-19 mengalami kondisi kritis. Ia memperkirakan, sekitar 4,5 persen dari total pasien COVID-19 atau setara 90 persen dari pasien kritis mengalami badai sitokin.

Apakah pengidap komorbid punya risiko lebih tinggi alami badai sitokin?

Menurut dr Ceva, hingga kini tidak ada bukti bahwa riwayat penyakit komorbid menjadi faktor risiko badai sitokin pada pasien COVID-19. Namun jika pengidap komorbid mengalami badai sitokin, masalah yang dialami menjadi semakin parah.

"Ketika sitokinnya tinggi, ketika dia punya komorbid atau penyakit tambahan misalnya diabetes, darah tinggi, jantung, itu dampak dari sitokin yang meningkat lebih dramatis. Dia bisa melonjakan gula lebih tinggi, kemudian fungsi jantung kalau jantungnya meradang dia punya koroner misalnya, tentu jantung lebih cepat drop," terang dr Ceva.

"Paling sering paling berat pada COVID sakit ginjal ya. Ketika punya sakit ginjal, sitokin tidak hanya di paru tapi sistemik seluruh tubuh. Kemudian ginjalnya kena itu mempersulit kita mengelola ginjalnya. Risiko fatalitas menjadi lebih tinggi," pungkasnya.



Simak Video "Mengenal Hiposmia, Gejala Baru Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT