IDAI Wanti-wanti PTM Terbatas Picu Lonjakan COVID-19, Begini Mengantisipasinya

IDAI Wanti-wanti PTM Terbatas Picu Lonjakan COVID-19, Begini Mengantisipasinya

Achmad Reyhan Dwianto - detikHealth
Senin, 06 Sep 2021 12:46 WIB
IDAI Wanti-wanti PTM Terbatas Picu Lonjakan COVID-19, Begini Mengantisipasinya
Sejumlah sekolah mulai menerapkan PTM terbatas. (Foto: Dian Utoro Aji/Detikcom)
Jakarta -

Sejumlah sekolah di wilayah PPKM level 1-3 mulai menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Meski setiap sekolah sudah diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan, sebagian orang tetap merasa khawatir aktivitas ini dapat memicu lonjakan kasus COVID-19.

Terkait hal ini, dokter spesialis anak konsultan, Dr dr Ariani Dewi Widodo, SpA(K), menerangkan bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mempertimbangkan tentang segala risiko penularan COVID-19 selama pemberlakuan PTM terbatas.

"PP IDAI sudah mengeluarkan rekomendasi per tanggal 27 Agustus 2021 mengenai pandangan IDAI tentang pembukaan sekolah. Di panduan tersebut dijelaskan bagaimana dari sisi sekolah, sisi orang tua, apa saja yang harus dipersiapkan, kemudian pengambilan keputusan pembukaan anak sekolah," kata dr Ariani dalam tayangan e-life, Jumat, (3/9/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr Ariani pun tak memungkiri adanya kemungkinan lonjakan kasus COVID-19 akibat dilaksanakannya PTM terbatas. Namun, ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan, seperti anak-anak perlu mendapat bimbingan dan pelajaran secara langsung oleh gurunya.

"Anak-anak kita harus berkembang, mereka harus mendapat stimulasi, mereka harus punya kemampuan sosialisasi. Karena itu, perlahan-lahan dengan pertimbangan yang tepat, maka dilakukan pembukaan sekolah," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Tapi, IDAI juga mengingatkan dalam panduannya bahwa diperlukan kejujuran bagi guru, perangkat sekolah, dan orang tua mengenai kondisi kesehatan masing-masing. Jadi jangan tidak enak sama gurunya, atau takut diomongin terinfeksi COVID-19, jadi diam-diam menutupi, demikian pula jika ada kontak," sambungnya.

Terakhir, dr Ariani mengatakan pemerintah setempat dan sekolah harus transparan dalam memberikan data. Apabila ada siswa atau tenaga pendidik yang terinfeksi virus Corona, atau ada yang dicurigai terpapar, maka semua harus diungkapkan secara terbuka sehingga setiap orang bisa lebih waspada.




(ryh/kna)
Tatap Muka Bebas Corona
7 Konten
Sekolah tatap muka sudah mulai dibuka secara terbatas di sejumlah tempat. Meski menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sebagian orang tua masih khawatir terjadi penularan di kalangan para peserta didik.

Berita Terkait